Oleh : Imam Nur Suharno
Rona kebahagiaan kembali menyelimuti relung jiwa kaum muslimin seiring dengan hadirnya bulan Ramadhan. Sebagai seorang muslim sejati, kehadiran Ramadhan menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan. Sebab, dengan menunaikan ibadah puasa Ramadhan, banyak keuntungan yang akan diperoleh, dalam kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
![]() |
Imam Nur Suharno. |
Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu bagian terpenting dari ibadah Ramadhan. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al-Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada lima rahasia puasa yang dapat kita buka untuk selanjutnya dapat dirasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan.
Pertama, menguatkan jiwa. Dalam hidup, tidak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain.
Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.” (QS Al-Jatsiyah [45]:23).
Dengan ibadah puasa, manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat. Dengan demikian, manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk pintu-pintu langit hingga segala doanya dikabulkan oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: “Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doanya: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Tirmidzi).
Kedua, mendidik kemauan. Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang kuat dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar.
Karena itu, Rasulullah SAW menyatakan: puasa itu setengah dari kesabaran. Dalam kaitan ini, puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima membuat seseorang tidak lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi, dan tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.
Ketiga, kesehatan jasmani. Di samping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa juga memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah SAW, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi.
Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.
Keempat, mengenal nilai kenikmatan. Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya.
Dapat satu tidak terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal jika manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.
Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7).
Kelima, mengingat dan merasakan penderitaan orang lain. Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir.
Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kepada kaum muslimin lainnya. Karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan menunaikan zakat agar dengan setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita.
Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa.
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat memaksimalkan ibadah Ramadhan dan meraih manfaat yang dijanjikan. Amin.
Penulis merupakan Pembina Korps Mubaligh HK, serta Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat
Kategori : Opini
Editor : ARS
Posting Komentar