Peran Pemuda Dalam Lintasan Sejarah

Oleh Imam Nur Suharno


 Setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda menjadi salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Maka itu, sejak 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda.



Mengapa pemuda? Karena maju mundurnya sebuah bangsa tergantung pada kondisi pemudanya saat ini. Jika pemudanya baik dan memiliki jiwa yang maju, maka bangsa itu akan menjadi baik dan maju. Sebaliknya, jika pemudanya rusak otomatis masa depan bangsa itu pun akan terpuruk.


Dalam sejarah kebangkitan bangsa-bangsa, pemuda selalu memiliki peranan yang besar dan strategis, karena untuk menuju kebangkitan bangsa diperlukan daya kekuatan berupa keyakinan yang kuat, ketulusan, semangat kejujuran, kesungguhan dalam bekerja, dan pengorbanan. 


Memang, selalu ada harapan baru pada figur pemuda. Harapan akan kesegaran gagasan, kekuatan pikiran, ketangguhan stamina, dan keberanian dalam memberantas penyimpangan.

 

Karakter Pemuda dalam Alquran

Pemuda adalah generasi yang turut menentukan. Dalam Alquran Allah SWT selalu menegaskan pentingnya masa muda. Misalnya, pemuda Ashhabul kahfi digambarkan sebagai sekelompok anak muda yang memiliki kekuatan integritas moral (iman). 


“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS al-Kahfi [18]: 13).


Dalam hadits disebutkan, Syabaabaka qabla haramika. Masa mudamu sebelum masa tuamu. Dari ayat dan hadits tersebut tampak bahwa masalah kepemudaan oleh Islam sangat ditekankan. Ditekankan karena tidak saja masa muda adalah masa berbekal untuk hari tua, melainkan juga di masa muda itulah segala kekuatan dahsyat terlihat.


Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda. Alquran telah menyebutkan karakteristik pemuda. 


Pertama, pemuda selalu menyeru kepada alhaq (kebenaran). “Dan di antara orang-orang yang kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (QS al-Araf [7]: 181).


Kedua, mereka mencintai Allah, dan Allah pun mencintai mereka. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Maidah [5]: 54).


Ketiga, mereka saling melindungi dan saling mengingatkan. “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS at-Taubah [9]: 71).


Keempat, mereka adalah pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT. “(Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS ar-Rad [13]: 20).


Kelima, mereka tidak ragu-ragu dalam berkorban dengan jiwa dan harta mereka untuk kepentingan Islam. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurat [49]: 15).

 

Kalangan Pemuda

Berkaitan sosok pemuda, para Nabi dan Rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu dan syariat Allah SWT kepada umat manusia, semuanya adalah orang-orang terpilih dari kalangan pemuda yang berusia sekitar 40 tahunan. Bahkan ada di antaranya yang diberi kemampuan untuk berdebat dan berdialog sebelum genap delapan belas tahun.


Ibnu Abbas berkata, Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda (yakni antara 30- 40 tahun). Begitu pula tidak seorang alim pun yang diberi ilmu melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda.


Rasulullah Muhammad SAW tatkala diangkat menjadi rasul, beliau juga baru berusia 40 tahun. Setelah itu, beliau dan pengikutnya yang merupakan generasi pertama, kebanyakan dari kalangan pemuda bahkan ada yang masih anak-anak, mereka berjibaku mempertahankan dan menyebarkan Islam, hingga akhirnya Islam benar-benar menjadi rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam). 


Generasi pertama (assaabiquunal awwaluun) itu di antaranya adalah Abu Bakar As Shiddiq, masuk Islam pada usia 32 tahun; Umar bin Khattab, 35 tahun; Utsman bin Affan, 30 tahun, Ali bin Abi Thalib, 9 tahun; dan seterusnya.


Pada generasi berikutnya, kita mengenal nama Umar bin Abdul Aziz. Dia dilantik menjadi khalifah pada usia yang masih sangat muda, yaitu 35 tahun. Adil, jujur, sederhana dan bijaksana, itulah ciri khas kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz. Tak salah bila sejarah Islam menempatkannya sebagai khalifah kelima yang bergelar Amirul Mukminin, setelah Khulafa Ar-Rasyidin. 


Khalifah pilihan itu begitu mencintai dan memperhatikan nasib rakyat yang dipimpinnya. Dia beserta keluarganya rela hidup sederhana dan menyerahkan harta kekayaannya ke baitulmal (kas negara) begitu diangkat menjadi khalifah. Khalifah Umar pun dengan gagah berani serta tanpa pandang bulu memberantas segala bentu praktik korupsi sehingga pada era kepemimpinannya, Dinasti Umayyah mampu menorehkan tinta emas kejayaan yang mengharumkan nama Islam.

 

Pemuda Indonesia 

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda menempati peranan yang sangat strategis dalam setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan, pemuda menjadi ujung tombak perjuangan melawan penjajahan ketika itu. Selain sebagai pengontrol independen terhadap kebijakan pemerintah dan penguasa, pemuda juga aktif melakukan kritik tajam hingga menurunkan pemerintahan yang tidak lagi berpihak kepada rakyat.


Ir. Soekarno, misalnya, menjabat presiden Republik Indonesia pertama pada usia 44 tahun, dan Mohammad Hatta menjadi wakil presiden RI pada usia 42 tahun. Kedua pemuda ini melakukan langkah besar dan berani dipenghujung masa penjajahan Jepang kala itu, yaitu memproklamirkan negara baru yang bernama Indonesia. Sehingga sejarah mencatat keduanya sebagai bapak proklamator.


Soeharto belum genap 45 tahun saat dilantik menjadi pemimpin di negeri ini. Saat itu, perwira muda yang dikenal sebagai ahli strategi tersebut mencoba untuk menyelesaikan satu persatu persoalan bangsa, yang muncul akibat terjadinya peristiwa 30 September 1965. Keberaniannya mengatasi berbagai persoalan inilah kemudian mengantarkan karier militer dan politiknya ke jenjang yang lebih tinggi. Teranyar Gibran Rakabuming Raka saat dilantik menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia berusia 37 tahun.


Melalui peringatan Sumpah Pemuda ini, pertanyaan yang perlu direnungkan, siapkah kaum muda berkontribusi dalam membangun bangsa ini? Selamat Hari Sumpah Pemuda.


Penulis merupakan Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat


Kategori : Opini


Editor      : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama