Pak Luhut, Negara Belum Mengizinkanmu Istirahat

Catatan Kecil RE Nainggolan


Begitu Ir Joko Widodo mendekati akhir masa pengabdiannya sebagai Kepala Negara, banyak orang yang memperkirakan sosok Luhut Binsar Pandjaitan–salah seorang pejabat tinggi terdekat dan terpenting di pemerintahannya–akhirnya akan menepi dari hiruk pikuk politik dan kenegaraan.


Dr Drs RE Nainggolan, M.M. 

Bukan perkiraan yang tak berdasar. Pasalnya, Pak Luhut sendiri yg sering disebut Ompung Luhut di berbagai kesempatan sudah menegaskan bahwa dirinya sudah diminta oleh Presiden terpilih (saat itu) untuk menjadi menteri, tetapi dia menolak. "Beliau (Prabowo) sudah minta. Saya sudah sampaikan, kalau untuk jadi menteri saya tidak (bisa),” tegasnya, kecuali diminta untuk menjadi *penasehat*


Akan tetapi, negara seperti nya belum merelakan Jenderal sepuh itu benar-benar beristirahat. Sosoknya yang penuh integritas, ketangguhan, tegas, tanggon , trengginas serta  dgn  pengalaman yg amat beragam ini  membuat negara selalu membutuhkan kehadirannya. Seolah ada panggilan yang menahannya dari sekadar bersantai atau menikmati masa pensiun—karena negara masih membutuhkan sosok sepertinya di garis depan.


*Tidak Ada Kata Setengah-setengah*


Pak Luhut adalah tipe pemimpin yang berpegang teguh pada prinsip “kerja tuntas” atau get things done! Dalam setiap penugasan, dia selalu memastikan bahwa apa yang direncanakan benar-benar terwujud. Di setiap posisi yang diembannya, dari Menko Kemaritiman dan Investasi hingga misi diplomasi internasional, Luhut tetap teguh menjalankan prinsip untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas, tanpa menunda. 


Prinsip inilah yang membuat sosoknya selalu dibutuhkan dalam ekosistem pemerintahan yang membutuhkan orang yang tahan uji dan tak ragu mengambil keputusan walau saat sulit dan penuh risiko.


Selain itu, kekayaan pengalamannya juga memang seolah tiada tanding. Dari dunia militer hingga bisnis, dari bidang politik hingga urusan diplomasi, Luhut mengumpulkan pengalaman di berbagai sektor dan disisi lain yg luar biasa adalah mau menerima saran,pendapat dari orang lain bahkan generasi muda menjadi orang orang yg berada disekitarnya.


Pengalamannya di militer menanamkan kedisiplinan dan ketangguhan, sementara di bisnis, ia belajar untuk bertindak cepat dan mengambil keputusan dalam lingkungan yang berisiko. Kombinasi ini membentuk dirinya sebagai sosok yang memiliki pandangan holistik, dengan kapabilitas eksekusi yang tepat.


Pak Luhut telah melalui beragam tantangan, dari menjaga kedaulatan hingga menjaga stabilitas ekonomi. Dengan jam terbang setinggi itu, sulit bagi negara untuk mengabaikan kompetensinya.


Matang “Sempurna”


Dengan begitu banyak tugas yang diamanatkan kepadanya, sorotan kepadanya pun serta merta menjadi begitu intens. Dia kerap menjadi sasaran kritik bahkan hujatan, sebagian besar tentu tidak berdasar. 


Alih-alih surut dan mundur atau berkompromi pada integritasnya, Luhut memilih untuk menghadapinya dengan kepala dingin. Sosoknya yang bisa disebut matang “sempurna”, bisa menunjukkan ketenangan sekaligus ketegasan dalam menyikapi kritik. Itu kemudian membuatnya semakin menuai rasa hormat dari kolega dan anak buahnya. Di mata mereka, Luhut adalah sosok yang berdiri kokoh di tengah riuh kritik dan pandai memilah mana yang membangun dan mana yang semata untuk menjatuhkan.


*Loyalitas tak Bisa Ditawar* 


Loyalitas Pak Luhut terhadap setiap presiden yang menjadi pemimpinnya terekam jelas dalam perjalanan sejarah. Tidak sekadar mematuhi perintah, ia juga mengambil langkah proaktif untuk mencari solusi terbaik, memastikan bahwa visi kepemimpinan yang ia jalankan dapat berdampak positif bagi negara. 


Ketika dipercaya oleh Presiden Abdurrahman Wahid dan kemudian Joko Widodo untuk memegang peran-peran strategis, Luhut menjalankannya dengan komitmen penuh. Begitu pula dengan Prabowo; Luhut kini berdiri mendampinginya untuk menyokong pemerintahan agar tetap berada pada jalur kemajuan dan stabilitas.


Ketika banyak pejabat sepantarannya memilih untuk mengurangi intensitas kerja, Pak Luhut atau yang sering disebut dgn Pak LBP, tetap bersedia menjalankan mandatnya. Panggilan untuk istirahat barangkali kerap terdengar, tetapi suara kebutuhan bangsa sepertinya lebih nyaring di telinganya. Tantangan di depan masih panjang: stabilitas ekonomi, hubungan diplomatik, pengelolaan sumber daya alam, hingga program strategis di berbagai sektor.


Bagi Pak Luhut, mungkin saja ada keinginan untuk pensiun, namun beban tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan padanya menjadi alasan kuat mengapa negara belum bisa benar-benar melepaskannya. 


Belum saatnya, Pak Luhut, untuk istirahat. Keberadaan Bapak masih dibutuhkan, kontribusi Bapak masih amat  berharga bagi bangsa yang sama-sama kita cintai ini.


Salam hormat dari tepian Danau Toba.


Kategori : News


Editor     : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama