TERNATE, suarapembaharuan.com - Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara.
Ist |
Wamen meninjau langsung kegiatan pemantauan gunung api di pos tersebut. Dalam kunjungan itu, Yuliot menegaskan pentingnya modernisasi peralatan pemantauan dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia guna memperkuat mitigasi bencana geologi di Indonesia.
"Indonesia terletak di 'ring of fire' sehingga sangat rentan terhadap bencana geologi. Kondisi ini harus kita antisipasi dengan penguatan sistem pemantauan gunung api dan kompetensi pengamat," ujar Yuliot.
Dikatakannya, selain pembaruan alat pemantauan, peningkatan kemampuan pengamat juga menjadi prioritas.
"Peningkatan kompetensi ini bisa melalui berbagai pelatihan, baik di dalam maupun di luar negeri, yang akan menambah wawasan terkait teknologi terkini dalam pengamatan gunung api," ujarnya.
Ia juga menekankan perlunya melengkapi sarana dan prasarana pemantauan, termasuk gedung pengamatan yang memadai.
"Peran pengamat dalam mitigasi bencana geologi sangat penting untuk mengurangi korban jiwa. Apa pun kebutuhan peralatan tambahan di pos pemantauan, sampaikan saja, dan akan kami tindak lanjuti," ujarnya.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid yang turut hadir menegaskan, Badan Geologi telah memiliki peta jalan (roadmap) modernisasi alat pemantauan dan renovasi pos-pos pengamatan hingga tahun 2029.
"Jika pos-pos pengamatan lebih nyaman untuk bekerja, rotasi pegawai juga bisa lebih efektif," ujar Wafid.
Sebagai unit di bawah Kementerian ESDM, Badan Geologi memiliki tugas utama dalam mitigasi bencana geologi, termasuk bencana gunung api. Upaya mitigasi tersebut meliputi prabencana, penanganan saat bencana, hingga pemulihan pascabencana.
Saat ini, Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memantau 127 gunung api aktif di seluruh Indonesia selama 24 jam setiap hari.
Program modernisasi peralatan pemantauan gunung api telah menjadi prioritas nasional sejak 2023, dengan 16 gunung api yang telah diperbarui alat pemantauannya.
Program ini ditargetkan selesai pada 2031, mencakup penambahan stasiun pemantauan, pemutakhiran perangkat, dan pengembangan sistem akuisisi serta analisis data pemantauan.
Sejak 2018, renovasi pos pengamatan gunung api juga terus dilakukan secara bertahap. Diharapkan seluruh pos pengamatan dapat direnovasi dan dilengkapi pada tahun 2029, memberikan fasilitas yang lebih baik bagi pengamat dalam menjalankan tugas mitigasi di lapangan.
Pemerintah berharap upaya ini dapat memperkuat mitigasi bencana geologi di Indonesia, melindungi masyarakat dari potensi bencana, serta mendukung keselamatan dan kesejahteraan di wilayah-wilayah rawan bencana.
Kategori : News
Editor : YZS
Posting Komentar