BEKASI, suarapembaharuan.com - Dalam sebuah upaya yang bertujuan untuk mempererat solidaritas internasional dan mendukung kemanusiaan, Indonesia melalui Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) meluncurkan program bantuan pangan berupa pengiriman 1000 ton ubi ke Palestina.
Inisiatif ini tidak hanya diharapkan dapat membantu rakyat Palestina yang tengah berjuang di tengah konflik dan kekurangan pangan, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi petani di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Presiden Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), KH. MZ. Fadzlan Rabbany Garamatan saat ditemui di Bekasi, Jumat (13/9/2024).
"Kita prihatin atas situasi yang dihadapi rakyat Palestina saat ini dengan adanya perang dan konflik berkepanjangan disana yang sumbernya dari Zionis Israel. Dan kami bersyuku komitmen kemanusiaan Indonesia dengan mengingatkan bahwa Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan terus dijalankan pemerintah," ungkap Fadzlan Rabbany Garamatan.
"Kata-kata ini bukan sekadar tinta di atas kertas. Ini adalah darah yang mengalir dalam pembuluh nadi kita. Ini adalah api yang menyala dalam sanubari kita. Ini adalah amanat suci dari pendiri bangsa, yang telah berkorban nyawa demi kemerdekaan yang kita nikmati bersama," tambahnya.
Sebagai bagian dari program bantuan yang lebih besar, pihaknya berencana mengirimkan 1000 ton ubi ke Palestina dimana ubi dipilih karena merupakan tanaman yang cepat panen dan mudah dibudidayakan.
"Menanam ubi cukup dengan lahan 10 m². Ubi adalah tanaman yang paling cepat panen hanya memerlukan waktu 3 bulan, sementara singkong bisa mencapai 6 bulan, sehingga kita merasa cocok mengirimkannya kesana sebagai alternatif bagi mereka untuk mengatasi kelaparan yang terjadi disana," jelasnya.
Program ini dianggap sebagai langkah awal dari rencana lebih besar untuk mengirimkan total 10.000 ton umbi-umbian.
"Program 10.000 Ton Umbi-umbian hanyalah awal. Kita bisa melakukan lebih. Setiap doa yang kita panjatkan, setiap rupiah yang kita sumbangkan, setiap suara yang kita lantangkan untuk membela keadilan, adalah langkah menuju dunia yang lebih baik," tambahnya.
Diterangkannya manfaat dari program ini tidak hanya dirasakan oleh rakyat Palestina, tetapi juga oleh petani di Indonesia. Karena melalui program ini diharapkan dapat memajukan potensi pertanian di pedesaan Indonesia.
"Pengiriman ubi adalah salah satu solusi. Sebelumnya kita juga telah mengirimkan bantuan dalam bentuk daging qurban, sarden, dan lainnya. Ubi setelah kita bersihkan akan kita kirimkan, bisa langsung dimakan dan memiliki nilai gizi yang tinggi," ungkap pendakwah asal Fak Fak Papua Barat itu.
Program ini dijadwalkan untuk mulai dilaksanakan pada awal Maret 2025, dengan pengiriman dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
"Insya Allah awal Maret 2025 sudah bisa dilakukan pengiriman agar mereka dapat menikmatinya saat Ramadan. Ini bukan hanya program AFKN, tapi program seluruh rakyat Indonesia, dimana sekarang kita tengah melakukan penanaman ubi nya di sekitar Kuningan dan Cirebon, Jawa Barat dengan melibatkan petani relawan yang terlibat sekitar 100 hingga 300 petani untuk mempersiapkan lahan seluas 50 hektar dengan target pengiriman pertama sebanyak 1.000 ton, sekitar 100 petani terlibat yang insyallah bisa di panen dalam waktu dekat, dan bisa dikirim ke Palestina," ujarnya lagi.
Sedangkan Presiden Global Moeslim Charity (GMC), Ahyudin, menilai bahwa program ini merupakan bentuk diplomasi luar biasa.
"Program 1000 Ton Ubi adalah diplomasi luar biasa, karena selain memberdayakan petani Indonesia, juga memberikan manfaat besar bagi rakyat Palestina dan kita juga berharap rekan-rekan dari pemerintah dan TNI dapat membantu dengan meminjamkan kapal untuk proses pengiriman, guna menekan biaya operasional." ujarnya.
Dengan semangat solidaritas dan kepedulian, Indonesia bergerak untuk membantu Palestina bukan karena kekuatan, tetapi karena rasa kemanusiaan yang mendalam.
"Bukan karena kita sempurna, tapi karena kita memahami nilai kemanusiaan. Ini adalah amanat konstitusi kita, panggilan sejarah kita, dan tanggung jawab moral kita sebagai bagian dari umat manusia," tutup KH. MZ. Fadzlan Rabbany Garamatan.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar