JAKARTA, suarapembaharuan.com - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendorong penguatan langkah-langkah mitigasi dalam upaya mengatasi kemacetan di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, terutama saat momen libur panjang yang menarik minat banyak wisatawan untuk datang ke destinasi tersebut.
Ist |
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, dalam "The Weekly Brief With Sandi Uno" di Jakarta, mengatakan kemacetan yang terjadi saat libur panjang di kawasan Puncak saat libur panjang lalu, disebabkan karena volume kendaraan yang meningkat, tidak sebanding dengan kapasitas jalan.
"Data dari Polres Bogor menunjukkan volume kendaraan yang masuk jalur puncak pada long weekend total mencapai 150 ribu kendaraan sedangkan kapasitas jalan hanya mampu menampung 70 ribu kendaraan," ujar Nia Niscaya.
Sejumlah pihak terkait sudah melakukan langkah antisipasi mulai dari penerapan sistem ganjil-genap di pintu masuk Exit Tol Ciawi, Simpang Gadog, dan Jalan Ciawi. Selain itu, petugas juga menerapkan sistem one-way atau buka tutup dan mengarahkan kendaraan melalui jalan alternatif.
"Adanya pasar dan jalan tikus, serta kendaraan roda dua yang memaksa melaju hingga arus lalu lintas menjadi terkunci di kedua arah juga menjadi penyebab lain," ujar Nia.
Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis, Fadjar Hutomo, mengatakan pemerintah setempat bersama seluruh pemangku kepentingan terkait sebenarnya telah melakukan langkah antisipasi melalui berbagai skema atau skenario mitigasi yang diperlukan dalam mengatasi kemacetan parah yang terjadi di kawasan Puncak.
"Tapi memang animo masyarakat yang sedemikian tinggi untuk berwisata di kawasan ini tentu satu hal yang perlu dimitigasi. Dan mitigasi yang terbaik adalah berbasis data," kata Fadjar.
Berdasarkan data, volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan menjadi faktor utama. Hal ini perlu dilakukan langkah mitigasi ke depan dengan memperkuat koordinasi di antara seluruh pihak terkait.
"Kita punya best practice seperti saat musim libur lebaran, itu sudah diprediksi jumlah pergerakannya seperti apa. Jadi mungkin itu yang perlu kita lakukan ke depan sambil tentunya kita lihat berbagai opsi yang mungkin bisa dilakukan," ujarnya.
Berbagai opsi tersebut seperti penyebaran wisatawan ke berbagai destinasi lainnya di Kabupaten Bogor, termasuk upaya penguatan infrastruktur seperti peningkatan kapasitas jalan dan juga rencana usulan jalur Puncak 2.
"Juga penting terkait destination management organization dan pendekatan manajemen krisis," kata Fadjar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Yudi Santosa, menekankan hal yang sama. Pemkab bersama pihak-pihak terkait telah melakukan langkah-langkah dalam mengatasi kemacetan tersebut, namun antusiasme masyarakat yang ingin berkunjung ke kawasan Puncak sangat tinggi.
"Karena sekarang ini kawasan Puncak sudah ditata oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, jadi banyak yang ingin membuktikan langsung seperti apa secara langsung di lokasi," ujar Yudi.
Pemkab Bogor, dikatakan Yudi, juga sudah memberikan imbauan dan informasi bagi masyarakat yang ingin berkunjung agar memilih destinasi alternatif selain Puncak. Karena Kabupaten Bogor memiliki banyak pilihan destinasi yang serupa dengan Puncak.
"Seperti Sentul, Pamijahan, juga Gunung Salak," ujar Yudi.
Terkait berita tentang kematian seorang wisatawan, Yudi memastikan bahwa penyebab kematian bukanlah karena kelelahan akibat terjebak kemacetan. Tetapi wisatawan tersebut sebelumnya telah berkunjung ke berbagai destinasi dan beristirahat di kawasan Gunung Mas.
"Beristirahat sambil menikmati alam, kemudian yang bersangkutan sesak napas lalu dibawa ke masjid dan kemudian wafat," ujar Yudi.
Direktur Pengembangan Destinasi 1 Kemenparekraf/Baparekraf, Sri Utari Widyastuti, mengatakan Kemenparekraf saat ini sedang terus menjajaki peluang kerja sama dengan salah satu perguruan tinggi untuk membuat tools yang dapat digunakan untuk penerapan Destination Management Organization.
"Sehingga nantinya tools tersebut bisa digunakan untuk mengukur carrying capacity dari satu destinasi dan mengirimkan informasi bagi wisatawan," ujar Sri Utari.
Ke depan instrumen tersebut diharapkan bisa menjadi bagian dari upaya mitigasi untuk mengatasi terkonsentrasi atau membludaknya jumlah wisatawan di suatu destinasi wisata.
Kategori : News
Editor : ZHR
Posting Komentar