Brawijaya Healthcare Kenalkan Inovasi Perawatan Jantung Terbaru

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Brawijaya Healthcare menggelar “Meet With The Expert dengan tema Latest Innovations in Cardiovascular Treatment : What We Should Know” di The Westin Jakarta. Dalam acara tersebut menghadirkan narasumber dokter spesialis jantung ternama, yakni Dr. dr. Muhammad Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS dan dr. Sugisman, Sp.BTKV (K).


Dr. dr. Muhammad Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS sebagai Chairman of BraveHeart Center.

Brawijaya Healthcare saat ini mempunyai beberapa Center of Excellence/Layanan Unggulan, salah satunya BraveHeart Center. BraveHeart adalah salah satu center yang mengkhususkan diri dalam pelayanan jantung atau kardiovaskular. 


BraveHeart memiliki tim dokter spesialis maupun subspesialis di bidang Jantung, termasuk ahli dalam intervensi koroner, elektrofisiologi dan terapi pacujantung, penggantian katub jantung tanpa operasi, pencitraan jantung, bedah, dan jantung anak, yang semuanya dipimpin oleh seorang kardiolog senior terkemuka, yaitu Dr. dr. Muhammad Yamin, Sp.JP (K), Sp.PD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS sebagai Chairman of BraveHeart Center.


Dokter Yamin mengatakan, secara umum penyebab penyakit jantung terbagi atas kelompok umur, yaitu kelompok umur muda (di bawah usia 40 tahun) dan kelompok umur tua (di atas 40 tahun). Untuk kelompok umur di bawah 40 tahun, umumnya penyebab penyakit jantung adalah kelainan bawaan, listrik jantung atau kanal ion jantung, dan kelainan struktur organ jantung.


“Kalau listrik jantung yang paling sering adalah ion-ion yang mengatur kelistrikan jantung mengalami mutasi genetik yang mengakibatkan dengan pencetus tertentu seperti olahraga, berenang, atau karena kebisingan misalnya, ion itu bisa memicu irama jantung yang kacau yang bisa mengancam atau membuat denyut jantungnya berhenti,” kata Chairman of BraveHeart Center ini. 



Sementara pada kelainan struktur organ jantung yang dibawa sejak lahir sudah tebal karena adanya kelainan gen-gen yang mengatur otot jantung. Otot yang tebal tersebut berpotensi membuat kelistrikan jantung itu konslet. Pada profesi altet, biasanya karena sering berlatih lebih keras dari biasanya. Otot yang awalnya sudah tebal menjadi lebih tebal. Maka semakin tebal otot jantung akan semakin mudah untuk konslet.


Untuk kelompok di atas 40 tahun, penyebab kematian mendadak yang paling sering adalah serangan jantung yang sering disebut penyakit jantung koroner. 


“Jadi tidak semua serangan jantung adalah henti jantung dan tidak semua henti jantung adalah serangan jantung. Jadi, serangan jantung bisa bisa bikin henti jantung, tetapi henti jantung belum tentu karena serangan jantung,” tambah dr. Muhammad Yamin.


Dokter Bedah Toraks dan Kardiovaskular, dr. Sugisman, Sp.BTKV (K) menerangkan, penyakit jantung koroner bisa diterapi dengan dua cara, yaitu non-surgical dan surgical. Metode non-surgical dilakukan oleh kardiologis dengan melakukan intervensi melalui pemasangan ring atau stent jantung. 



“Jika ada pasien dengan penyakit jantung koroner yang sudah tidak memungkinkan untuk pemasangan ring atau stent akibat jumlah sumbatan yang banyak, maka akan diarahkan dilakukan tindakan bypass koroner yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah jantung,” terang dr Sugisman.


Saat ini, jumlah penderita penyakit jantung sangat besar, bahkan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi. Prevalensi penyakit jantung koroner menjadi yang terbanyak dari semua penyakit jantung lainnya, sehingga operasi bypass koroner adalah jenis operasi bedah jantung yang paling banyak dilakukan di seluruh dunia.


dr. Sugisman menjelaskan, penyumbatan pembuluh darah bisa disebabkan oleh banyak faktor risiko. Terbanyak disebabkan oleh penyakit komorbid seperti diabetes, hipertensi, gangguan kolesterol, merokok, dan gaya hidup tidak sehat lainnya. 


Dokter Subspesialisasi bedah jantung dewasa ini mengungkapkan, jumlah penderita jantung koroner juga semakin muda. Berbeda dengan 10 tahun lalu, bahwa penyakit jantung koroner banyak diderita oleh kalangan orang tua di atas 50 tahun atau 60 tahun. 


“Sekarang cenderung di usia 20 atau 30 tahun karena penyumbatan pembuluh darah koroner. Jadi jangan heran pada periode yang akan datang usia penderita jantung koroner akan makin muda. Mungkin karena lifestyle dan perubahan gaya hidup yang lebih senang makan junk food, fast food, dibandingkan dengan makanan-makanan sehat yang lain,” ungkapnya.


BraveHeart Center

BraveHeart dilengkapi dengan teknologi canggih seperti Hybrid Operating Theatre. Fasilitas modern ini memungkinkan tindakan bedah dan intervensi non-bedah dilakukan secara bersamaan pada satu pasien dengan kondisi medis tertentu. Misalnya, kasus kompleks seperti diseksi aorta dengan robekan yang parah, memerlukan tindakan simultan oleh dua spesialis yang berbeda: seorang ahli bedah jantung dan seorang ahli intervensi vaskular.


Menurut drg. Hestiningsih, MARS selaku Corporate Sales Direktur Brawijaya Healthcare menyatakan Brawijaya Healthcare merupakan jaringan Rumah Sakit dan klinik terkemuka di Indonesia yang saat ini mempunyai 5 Rumah Sakit  yaitu : Brawijaya Hospital Antasari Jakarta Selatan, Brawijaya Hospital Duren Tiga Jakarta Selatan, Brawijaya Hospital Saharjo Jakarta Selatan, Brawijaya Hospital Depok sawangan, dan Brawijaya Hospital Tangerang dan akan terus berkembang dengan menambah Rumah Sakit di beberapa lokasi. Seluruh Rumah Sakit Brawijaya telah terakreditasi paripurna sebagai bentuk komitmen bahwa Rumah Sakit meningkatkan mutu layanan kepada pasien.


Kategori : News


Editor      : AHS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama