Produksi Beras Juni 2024 Diproyeksi Capai 2,02 Juta Ton

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras yang ditetapkan pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjadi basis Perum Bulog dalam menyerap produksi dalam negeri. Hal ini ditujukan sebagai jaring pengaman harga di tingkat petani.


Ist

“Penetapan HPP jelang panen raya memang sangat dibutuhkan sedulur petani. Ini dapat memberi kepastian harga untuk penyerapan Bulog dan terbukti dapat menjaga harga di tingkat produsen. Terhindar dari kejatuhan harga yang sangat mendalam saat panen raya,” kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi.


Menurut Arief, tahun 2024 ini memang lebih menantang. Adanya kemunduran panen raya yang biasanya di Maret, menjadi di April, sehingga pada awal April segera diterapkan kebijakan fleksibilitas HPP gabah menjadi Rp6.000 per kg. 


"Ini sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi yang meminta harga petani saat panen raya tidak boleh merosot tajam,” sambungnya.


Perkembangan produksi beras di 2024 menurut Kerangka Sampel Area (KSA) BPS amatan Mei yang terbit pada minggu ketiga Juni lalu, April 2024 merupakan titik tertinggi estimasi produksi beras yang dapat mencapai 5,31 juta ton. 


Sementara puncak produksi beras di 2023 terjadi pada Maret di angka 5,13 juta ton. 


Data KSA BPS amatan Mei, proyeksi produksi beras di Juni 2024 bisa meraih 2,02 juta ton. Lalu di Juli mulai naik ke 2,19 juta ton dan di Agustus 2,67 juta ton. 


Sementara menurut berita resmi statistik BPS terbitan 1 Juli 2024, rerata harga GKP pada April 2024 sempat berada di Rp5.686 per kg dengan kadar air 20,74 persen.


Dan, mulai membaik mendekati HPP pada Juni 2024 berada di Rp6.171 per kg dengan kadar air 19,68 persen.


Lebih lanjut, Arief menjelaskan, dalam publikasi ‘Evaluasi Statistik Harga Produsen Gabah 2023’, BPS melaporkan persentase tertinggi kasus harga gabah di bawah HPP sempat terjadi pada April 2023 sebesar 22,75 persen di tingkat petani. 


Persentase ini mengalami penurunan secara perlahan di bulan-bulan berikutnya hingga di Desember 2023 berada di 0,12 persen. 


Persentase kasus harga gabah di bawah HPP disebutkan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2022.


Kategori : News


Editor      : YZS

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama