SEMARANG, suarapembaharuan.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat, persentase penduduk miskin di Jawa Tengah pada Maret 2024, turun menjadi 10,47 persen atau turun 87,20 ribu orang, dari 3,79 juta orang, menjadi 3,70 juta orang.
Ist |
Inspektur Utama BPS Dadang Hardiwan menyebut, jumlah itu adalah catatan persentase penduduk miskin paling rendah di Jawa Tengah.
Hal tersebut diungkapkan Dadang, saat jumpa pers daring pada laman YouTube BPS Jateng, Senin (1/7/2024). Pada kegiatan itu, hadir pula Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana.
Dadang menyebut, penurunan persentase penduduk miskin diketahui setelah ada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2024. Adapun, untuk mengukur kemiskinan, digunakan metode konsep kebutuhan dasar atau basic need approach.
Ia mencatat, ada fenomena sosial yang berpengaruh pada penurunan kemiskinan di Jateng. Pertama, penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2024 sebesar 4,39 persen. Catatan itu lebih rendah dibanding periode yang sama 2023, yang tercatat 5,24 persen. Selain itu, Nilai Tukar Petani pada Maret 2024 tercatat 114,2, atau meningkat dibanding Maret 2023 yang sebesar 107,52.
Selain itu, terjadi penurunan inflasi dari tahun ke tahun. Tercatat, pada Maret 2024-Maret 2023 berada pada posisi 3,40 persen. Tercatat pula, perekonomian pada triwulan I Tahun 2024 tumbuh 4,97 persen secara Years on Years.
“Kondisi persentase kemiskinan pada Maret 2024 ini tercatat 10,47 persen, artinya turun 0,30 persen dibanding tahun lalu, tahun lalu yang ada di 10,77 persen,” tuturnya.
Ia menyebut, penurunan ini tidak hanya terjadi di perkotaan. Wilayah perdesaan pun demikian. Selain itu, tingkat kedalaman kemiskinan pun mengalami penurunan.
Tercatat, pada Maret 2023 jumlah penduduk miskin di pedesaan mencapai 1,97 juta orang. Jumlah ini mengalami penurunan pada Maret 2024 sebanyak 101,02 ribu orang menjadi 1,87 juta orang miskin. Sementara, di perkotaan, dari jumlah penduduk miskin 1,82 juta orang pada Maret 2023, turun menjadi 1,83 juta orang pada Maret 2024.
“Sebelum Covid-19 memang pernah mencapai 10 persen, tetapi masih di atas 10,47 persen. Bahkan, setelah Covid-19 mengalami kenaikan 11,84 persen, ini dari catatan kami ke belakang, memang 10,47 persen ini, persentase penduduk miskin paling rendah,” tuturnya.
Menanggapi hal ini, Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana mengucap syukur. Ia mengajak jajarannya dan seluruh pihak, untuk meningkatkan upaya penanganan kemiskinan yang dinilai tepat dan efektif.
Di antaranya, menjaga stabilitas harga, mengawal investasi, dan meningkatkan pendidikan vokasi, agar siap menyuplai tenaga kerja, untuk mengurangi pengangguran. Selain itu, ia meminta agar bantuan yang diberikan kepada warga miskin tepat sasaran.
“Dalam penanganan kemiskinan, langkah kami salah satunya menjaga stabilitas ekonomi dengan stabilisasi harga. Untuk membantu masyarakat, kami juga menyalurkan bansos. Kepada kepala OPD kami harap juga selalu berinovasi, untuk melihat perkembangan di lapangan,” tutup Nana.
Kategori : News
Editor : YZS
Posting Komentar