TERNATE, suarapembaharuan.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan pembangunan sistem peringatan dini banjir lahar dingin kawasan Gunungapi Ibu. Pembangunan sistem peringatan dini banjir lahar dingin Gunungapi Ibu merupakan arahan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M, dalam Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Erupsi Gunungapi Ibu pada 31 Mei 2024 yang lalu.
Ist |
Rencana pemasangan sistem peringatan dini banjir lahar dingin di Gunungapi Ibu merupakan tindak lanjut dari hasil pemetaan menggunakan drone serta hasil kajian bersama Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang telah dilaksanakan sebelumnya. Langkah ini diambil atas dasar pengalaman kejadian galodo yang melanda wilayah Sumatra Barat di awal tahun 2024.
Hingga saat ini, siklus erupsi besar pada Gunungapi Ibu belum dikenali. Meskipun demikian, gunung dengan ketinggian 1.325 mdpl ini mengalami erupsi terus menerus dengan intesitas yang relatif kecil. Hal ini menyebabkan kawah gunung telah terisi penuh material erupsi yang mudah runtuh. Material vulkanik ini berpotensi menjadi lahar jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi.
Berdasarkan analisis pemodelan lahar Gunungapi Ibu oleh PVMBG, dengan asumsi volume material 300 ribu hingga 500 ribu meter kubik, hasilnya memperlihatkan bahwa aliran lahar tidak hanya terjadi di sepanjang aliran sungai, namun di beberapa sungai, aliran laharnya melimpas hingga ke area perkebunan yang memiliki morfologi seperti lembah sungai. Di beberapa lokasi, aliran lahar juga melanda lokasi-lokasi yang telah ada bangunan.
Bukaan kawah pada Gunungapi Ibu teramati berada di sisi sebelah barat laut. Hal tersebut memungkinkan potensi luncuran lahar dingin ke arah utara-barat laut antara lain Desa Borona, Todoke, Togorebasungi, Tuguis, Soasangaji, Tukuoku, Duono, hingga Togowo di Kecamatan Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.
Pada tanggal 9 Juli 2024, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Halmahera Barat menerima laporan warga bahwa telah terjadi limpasan air Sungai Duono yang berhulu di Gunungapi Ibu. Sungai Duono merupakan kali mati (sungai ephemeral) yang dangkal dan tidak lebar di sisi hilir. Kejadian ini dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi yang melanda wilayah Halmahera Barat selama dua hari berturut-turut. Aliran air yang cukup deras tersebut membawa material pasir vulkanik hingga meluap ke jalan raya.
Survei Hulu Sungai
Tim survei sensor peringatan dini banjir lahar Gunungapi Ibu melaksanakan kegiatan pada Rabu (24/7).
Tim survei terdiri dari gabungan unit kerja Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom), Direktorat Pemetaan Evaluasi Risiko Bencana (PERB), dan Direktorat Peringatan Dini BNPB dibantu oleh BPBD Kabupaten Halamahera Barat, Personil Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ibu, dan warga setempat.
Survei dimulai dari Desa Togoreba Sungi yang merupakan desa terdekat dari kawah Gunungapi Ibu. Jaraknya sekitar lima kilometer dari bibir kawah. Desa ini merupakan wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) I.
Rencananya, sensor peringatan dini akan dipasang sejauh tiga kilometer dari pemukiman warga. Hal ini berdasarkan asumsi kecepatan aliran lahar dingin 6 menit per 1 kilometer. Jika lokasi sensor berjarak 3 kilometer untuk menginformasikan bahaya lahar dingin, maka warga memiliki waktu 18 menit untuk evakuasi.
Hasil observasi di lapangan menunjukkan kondisi jalur lahar di hulu cukup dalam ketinggiannya, cukup lebar, dan tertutup vegetasi lebat sedangkan jalur lahar di hilir relatif dangkal dan pendek.
Data yang diperoleh dari survei ini akan dikaji lebih lanjut dan akan dilaksanakan survei lanjutan.
Dari hasil survei sementara ini, BNPB mengimbau kepada pemerintah daerah setempat untuk mengupayakan pengerukan atau pembersihan aliran sungai di wilayah hilir seperti di Sungai Duono dan beberapa sungai mati lainnya sebagai langkah mitigasi limpahan lahar dingin di wilayah hilir.
Kategori : News
Editor : YZS
Posting Komentar