RE Nainggolan: Saya Hanya 'Menjual Nama' Pak Jokowi dan Pak Luhut
MEDAN, suarapembaharuan.com - Dari data resmi sementara yang dirilis KPU RI untuk daerah Sumatera Utara, pasangan Prabowo Gibran mencatat rekor kemenangan tertinggi di kawasan Danau Toba, khususnya Kabupaten Humbang Hasundutan, Toba, Samosir, dan Tapanuli Utara.
Keempat daerah tersebut secara khusus menjadi tempat deklarasi dan kampanye akbar Sahabat Maruarar Sirait dan RE Nainggolan mulai dari 2 sampai 6 Februari lalu. “Kita sangat bersukacita karena antusiasme masyarakat saat kita melakukan serangkaian kampanye akbar ternyata sungguh-sungguh menjadi gambaran dukungan riil dalam bentuk suara. Kita menang secara meyakinkan, persentase sementara, masing-masing 72,2% di Humbahas, 75,47% di Toba, 68,36% di Samosir, dan 71,48% di Tapanuli Utara,” ujar tokoh masyarakat Sumut, Dr RE Nainggolan, MM di Medan sekembalinya dari kunjungan ke kawasan tersebut.
Menurut Bupati Tapanuli Utara 1999–2004 yang diketahui berperan besar menggagas dan mewujudkan pemekaran Humbang Hasundutan itu, hasil tersebut menjadi semakin berarti karena selama sepuluh tahun terakhir daerah tersebut selalu digambarkan orang sebagai “kandang banteng”.
Ketika ditanyakan tanggapan tentang beberapa berita yang menyebut sosialisasi yang dilakukannya bersama tim ternyata mempengaruhi banyak warga untuk kemudian memilih Prabowo Gibran, dengan rendah hati RE yang masa paripurnanya sebagai ASN menjadi Sekdaprovsu 2008–2010 itu menyebut pada dasarnya masyarakat sudah cerdas dan punya pertimbangan sendiri.
“Saya membaca dan mendengar berita-berita itu karena memang dimuat beberapa media, ya. Akan tetapi, saya ini hanya ibarat ‘secangkir air dari luasnya Danau Toba’. Pada dasarnya, saya bersama tim sekadar menggemakan, menggaungkan, bahkan bisa dikatakan ‘menjual nama besar Pak Jokowi dan Pak Luhut BInsar Pandjaitan’, dua tokoh bangsa yang begitu mencintai kawasan Danau Toba,” ujarnya sembari mengakui dirinya bukan menggurui atau memengaruhi pilihan masyarakat, tetapi sekadar mengingatkan sesuatu yang sebenarnya sudah mereka ketahui.
“Masyarakat di kawasan Danau Toba tahu dan sudah merasakan sendiri perhatian bahkan kasih sayang Pak Jokowi dan Pak Luhut, bersama jajaran pemerintahan lainnya. Pada dasarnya yang kita lakukan hanya mengingatkan hal itu, dan meyakinkan mereka jika ingin hal tersebut berlanjut, tiada lain Prabowo Gibran adalah pilihan terbaik, karena memang hanya mereka yang secara tegas dan lugas menyatakan komitmen untuk melanjutkannya,” katanya.
Sesepuh birokrat yang saat menjadi Kepala Bappeda Sumut tahun 2006–2008 berperan penting dalam pencanangan Bandara Kualanamu itu mengungkapkan, di semua deklarasi dia juga selalu menyampaikan pesan Maruarar Sirait, politisi dan pengusaha nasional, yang pernah menjadi anggota DPR RI tiga periode. “Bung Ara juga sahabat dekat Pak Jokowi, yang begitu mencintai kawasan Danau Toba, kampung halamannya. Beliau putra sulung dari Pak Sabam Sirait, tokoh bangsa yang saat ini kita usulkan dan perjuangkan menjadi Pahlawan Nasional. Luar biasa cinta dan perhatian beliau ke kawasan Danau Toba,” ujarnya.
Tokoh yang menerima banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri itu mengungkapkan, Maruarar, meskipun tidak bisa hadir karena harus mendampingi Prabowo Gibran berkampanye di daerah lain, melakukan interaksi langsung berbicara dengan masyarakat melalui video call. “Sungguh terjalin komunikasi dan ikatan batin yang luar biasa dengan masyarakat,” katanya.
Gerakan itu semakin besar, diakui RE, karena adanya dukungan dari Hashim Djojohadikusumo dan Sabam Rajagukguk, putra tokoh militer nasional, Letjend TNI (Purn) Sahala Rajagukguk. “Kita juga berkolabrasi dengan relawan Nusantara Untuk Jokowi (N4J), Bung Jadi Pane, mantan Korwil GMKI Sumut-Aceh, Toga, wartawan senior yang beberapa kali menjadi Pemred berbagai Media di Medan, Tere Shia, presenter terkenal di Medan, aliansi 45 relawan Tangiang Ni Dainang, anak-anak muda Relawan BangET, dipimpin Irwan Siregar Mantan Ketua GMKI Medan dan Ferdy Lase, dan tentu saja partai-partai dalam Koalisi Indonesia Maju,” katanya.
RE menyebut kerja-kerja kolaborasi seperti itu sangat dibutuhkan untuk kemajuan. “Sinergi dan kolaborasi tokoh-tokoh yang memiliki perhatian besar ke kawasan Danau Toba, dan kesadaran politik masyarakat yang semakin cerdas dalam menggunakan hak-hak politiknya, kita yakini menjadi gambaran akan semakin cerahnya masa depan kawasan Danau Toba, dan keseluruhan wilayah di tanah air, di masa-masa mendatang.” katanya.
Kuis Berisi Pesan Penting
Pada bagian lain, RE Nainggolan menceritakan di setiap event deklarasi, dirinya secara lagsung menggelar kuis berhadiah dengan dua pertanyaan dalam dua termin. “Desainnya kuis yang sekaligus juga saya maksudkan sebagai pembawa pesan yang sangat penting bagi publik. Melalui kuis tersebut saya beritahu bahwa ayahanda Prabowo adalah Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, dari suku Jawa dan seorang muslim yang taat, sementara ibundanya dari suku Minahasa, beragama Kristen yang penuh iman.
“Artinya, sosok Prabowo sendiri adalah gambaran sempurna dari pluralisme, karena sejak lahir beliau telah mengenal perbedaan dan hidup dengan keberagaman, baik suku, agama, geografi, da hal lainya. Bahwa Pak Prabowo akan mencintai semuanya dan tidak membeda-bedakan orang sesuai karena latar belakangnya. Seorang patriot dan Pancasilais sejati. Demikian pula Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi yang tidak perlu diragukan lagi, bahkan terlihat benar-benar sebagai Jokowi dalam versi lebih muda,” ujarnya.
Kategori : News
Editor : ARS
Posting Komentar