MAGELANG, suarapembaharuan.com – Persoalan stunting tidak bisa diselesaikan hanya dengan pemberian makanan tambahan (PMT). Banyak hal harus dibenahi, mulai dari mengedukasi masyarakat mengenai gizi, perilaku hidup bersih dan sehat, hingga pemenuhan sarana prasarana.
Ist |
Hal itu ditekankan Ketua Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPKMI) Anung Sugihantono, saat Forum Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten/ Kota Eks-Karesidenan Kedu, di Hotel Atria Magelang, Rabu (21/2/2024).
Menurutnya, mengedukasi masyarakat baik tentang gizi, pengasuhan anak, pola hidup bersih dan sehat, jauh lebih penting.
Dalam edukasi gizi, terang Anung, masyarakat mesti difahamkan tiga hal. yakni, bagaimana memilih, mengolah, dan menyajikan. Dia mencontohkan dalam hal memilih, jika masyarakat diberi uang Rp50 ribu untuk belanja, apa yang akan dibeli. Apakah rokok, makanan instan, atau membeli sayur dan bumbu untuk dimasak sendiri.
Dalam hal mengolah makanan, menurutnya, masih ada beberapa persepsi di masyarakat yang harus diluruskan. Misalnya, anggapan anak kecil tidak boleh makan makanan berminyak, karena anaknya bisa amis. Pemahaman itu keliru. Justru anak kecil masih membutuhkan minyak. Sajikan makanan dengan menarik dan memperhatikan kebersihan.
“Jangan hanya punya dua menu, masak iya dan masak bodoh,” seloroh mantan Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI ini.
Ditambahkan, jika mengintervensi makanan tambahan, harus individual, terutama pada balita. Artinya, kebutuhan nutrisi anak yang satu tidak sama dengan anak lainnya.
“Jadi, jangan hanya mengajak ibu-ibu PKK belanja bareng, masak bareng, terus makanannya dibagikan bareng. Setiap anak kebutuhannya tidak sama. Lebih baik mendidik pengelola warung yang sudah ada, tentang gizi, dampingi cara masak yang benar, higiene sanitasi makanan yang benar. Libatkan tenaga kesehatan, atau organisasi profesi,” tegasnya, saat memberikan arahan.
Sementara, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Jateng Ema Rachmawati, menyampaikan, kegiatan kali itu diselenggarakan memang untuk menyinergikan rencana aksi pencegahan dan penurunan stunting, dengan TPPS kabupaten/kota. Sehingga, stunting bisa ditekan.
Ema mengatakan, fokus penurunan stunting tidak hanya mengintervensi anak dengan risiko stunting. Yang akan diintensifkan justru mencegah lahirnya anak stunting, dengan mengintensifkan intervensi pada kelompok sasaran remaja wanita, calon pengantin (catin), wanita usia subur yang menjadi pasangan usia subur, ibu hamil, ibu nifas, serta anak di bawah usia dua tahun.
Sebelumnya, Selasa (20/2/2024), forum koordinasi juga digelar di Hotel Luminor Purwokerto, dengan peserta dari eks-Karesidenan Banyumas. Yakni, Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara.
Kepala BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih mengungkapkan, melalui kegiatan tersebut, diharapkan semakin memperkuat komitmen aksi konvergensi dan sinergi dalam rsngka penurunan stunting di kabupaten/ kota.
Selain itu, merumuskan kesepakatan bersama strategi dan upaya tindak lanjit percepatan penurunan stunting dari masing-masing bidang TPPS Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
“Kami percaya, dengan komitmwn dan kerja bersama, angka prevalensi stunting akan dapat kita turunkan,” tandas Eka.
Kategori : News
Editor : RAS
Posting Komentar