JAKARTA, suarapembaharuan.com - Presiden Mahasiswa Universitas Brawijaya, Rafly Rayhan Al Khajri merespons keras pernyataan Istana yang menganggap kemunculan kritik oleh banyak civitas akademika adalah strategi partisan. Menurut Rafly, Istana memberikan pernyataan yang sumbang dan apologetik berusaha menghindar dari framing Jokowi yang juga partisan Paslon tertentu.
Presiden Mahasiswa Universitas Brawijaya, Rafly Rayhan Al Khajri. Ist |
“Istana lupa, kalau Jokowi juga partisan. Pernyataan itu tidak lebih dari sekadar upaya penyangkalan Istana terhadap demokrasi yang telah dirusak oleh Jokowi," kata Rafly kepada wartawan, Sabtu (3/1/2024).
Menurut mahasiswa S1 Hukum Tata Negara tersebut, kontestasi politik yang sehat sudah tidak mungkin terjadi lagi apabila Jokowi terus menginfiltrasi proses demokrasi yang berpotensi membunuh demokrasi.
“Maksa 3 periode gagal, 2 paslon juga gagal, menang 1 putaran ketar ketir, sekarang sudah dipaksa mikir jabatannya akan tuntas sampai Bulan Oktober atau akan dipaksa turun lebih cepat karena suara reformasi kian santer?" tegas Rafly.
Rafly juga menegaskan bahwa konsolidasi di akar rumput mulai berlangsung dan dalam waktu dekat akan berbuah aksi di jalan-jalan.
"Kami menyerukan seluruh elemen masyarakat bersatu. Ini bukan tentang memilih atau tidak memilih 01, 02, atau 03. Gerakan ini untuk menyelematkan demokrasi dari penyalahgunaan kekuasaan oleh Jokowi. Jika mengkritik Jokowi sama dengan mengkritik Paslon tertentu, justru itu adalah pernyataan afirmatif terhadap penyalahgunaan kekuasaan oleh Jokowi”, pungkas Rafly.
Sebelumnya, Istana menyatakan pertarungan opini di tahun politik pasti terjadi. Namun, di tengah kemunculan kritik sejumlah kampus terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan ada upaya yang sengaja mengorkestrasi narasi politik tertentu untuk kepentingan elektoral.
“Strategi politik partisan seperti itu juga sah-sah saja dalam ruang kontestasi politik,” kata Ari dalam pesan singkat pada Jumat, 2 Februari 2024.
Ari mengatakan ada baiknya, kontestasi politik, termasuk dalam pertarungan opini, dibangun dalam kultur dialog yang substantif dan perdebatan yang sehat.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar