YOGYAKARTA, suarapembaharuan.com - Bantuan sosial (bansos) disebut menjadi salah satu penyebab kelangkaan dan kenaikan harga beras di Jogja. Di toko-toko modern di Jogja, saat ini jumlah pembelian beras telah dibatasi, dari 5 kilogram sampai 10 kilogram saja per konsumen per hari.
Setpres |
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Syam Arjayanti.
Tingginya kebutuhan untuk mencukupi kuota bansos menurutnya membuat stok beras di pasar menipis sehingga mengakibatkan kenaikan harga.
“Karena kebutuhan yang meningkat, seperti kebutuhan bansos,” kata Syam, Jumat (9/2).
Selain itu, faktor lain kelangkaan ini karena saat ini belum memasuki musim panen.
“Saat ini juga belum banyak panen,” ujarnya.
Meski stok di pasar menipis, tapi stok di masyarakat menurutnya malah bertambah dengan adanya bansos. Misalnya, yang sebelumnya stok beras di masyarakat hanya cukup untuk kebutuhan satu minggu, dengan adanya bansos jadi dua minggu.
“Artinya stok di masyarakat meningkat, tetapi stok di distributor menurun,” ujar Syam.
Salah seorang distributor beras di Jogja, Aditya Syafii, mengatakan bahwa saat ini ia memang sedang sangat sulit mendapatkan stok beras. Tanda-tanda kelangkaan ini menurutnya sudah terjadi sejak September 2022, dua tahun silam.
Dan saat ini ia makin sulit mendapatkan stok beras.
“Untuk saat ini stok beras memang sulit, memang sangat sulit. Semua jenis beras hari ini sulit,” kata Aditya.
Akibat stok yang menipis, akibatnya harga beras pun naik. Untuk harga beras medium saja, ia mencatat dalam dua bulan terakhir dari Desember 2023 sampai awal Februari 2024 kenaikan harganya sudah menyentuh angka Rp 1.400.
“Dalam dua bulan, sejak Desember kemarin sampai awal Februari ini, harga beras itu sudah naik Rp 1.400,” ujarnya.
Kategori : News
Sumber : Kumparan
Editor : AHS
Posting Komentar