JAKARTA, suarapembaharuan.com - Demokrasi sedang tidak baik-baik saja. Demokrasi mengalami kemunduran. Mendung demokrasi sedang terjadi di Indonesia.
Karlina Supeli |
Ini semacam kesimpulan terhadap potret situasi politik yang terjadi belakangan di Indonesia, sehingga sejumlah akademisi dan kelompok masyarakat membuat ‘Seruan Kebangsaan-Forum Lintas Generasi: Mari Bersuara Jujur dan Jernih’.
Kegiatan ini diselenggarakan di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta Pusat pada Senin (27/11/2023).
Dosen sekaligus direktur pasca sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Karlina Supeli menyayangkan kemunduran demokrasi justru terjadi di dalam sistem demokrasi itu sendiri melalui perangkat hukum.
Di mata Karlina, demokrasi sedang menuju rezim otokrasi elektoral: seorang pemimpin yang dipilih secara demokratis malah secara perlahan membajak berbagai institusi demokrasi
Di dalam rezim ini, wajah demokrasi sebetulnya masih ada, namun tidak mudah dikenali. Kemunduran yang terjadi di banyak bidang, misalnya korupsi yang meraja lela dan ketimpangan sosial seolah-olah hal yang lumrah terjadi dan dianggap wajar-wajar saja oleh masyarakat.
Itu sebabnya Karlina menyebut rezim otokrasi elektoral lebih berbahaya dari sistem otoritarian yang pernah terjadi di zaman orde baru.
Sementara itu, Omi Komaria Madjid, Ketua Dewan Pembina Nurcholish Madjid Society menyebut Indonesia telah kehilangan tiga hal, yakni spirit republik yang diwariskan pendiri bangsa, supremasi hukum, dan identitas asli.
Kehilangan tiga hal ini ditandai dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meraja lela, politik yang dipertontonkan secara brutal, mengabaikan etika dan moral.
Diskusi ini menghasilkan seruan yang intinya adalah demokrasi mesti ditegakkan. Pemilu yang sudah ada di depan mata mesti mengedepankan asas luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil).
Selain itu, masyarakat juga diharapkan untuk turut mengawal pesta demokrasi ini.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar