Rektor ITB Achmad Dahlan: Pamor Indonesia Sebagai Tuan Rumah KTT Archipelagic and Island States (AIS)

BALI, suarapembaharuan.com - Archipelagic and Island States merupakan sebuah organisasi yang membawahi segala negara kepulauan yang ada di dunia. Archipelagic and Island States atau yang biasa disingkat AIS ini mewadahi kepentingan-kepentingan seperti Kerjasama ekonomi, iklim di negara kepulauan, dan penanganan permasalahan global lainnya. 


Ilustrasi

AIS memiliki sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT) dimana KTT tersebut nantinya akan dihadiri oleh kepala negara dari negara-negara anggota AIS itu sendiri. Sampai saat ini, Archipelagic and Island States (AIS) tercatat memiliki anggota sebanyak 51 negara.


AIS sampai saat ini berhasil merangkul semua negara kepulauan baik negara yang masih berkembang maupun negara maju sekalipun. Dengan adanya hal ini, Indonesia tentunya dapat mengambil kesempatan dan keuntungan untuk bersama-sama menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya dilalui atau terjadi kepada negara-negara dengan kondisi geografis yang sama, yakni negara kepulauan.


Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan memiliki pulau tercatat sebanyak 17.508 pulau diberikan sebuah kesempatan yang sangat menguntungkan bagi kemajuan bangsa Indonesia yakni menjadi tuan rumah KTT AIS tahun 2023. KTT AIS akan menjadi ajang bagi Indonesia untuk menunjukkan keistimewaan dan keindahan bangsa Indonesia.


“Sebenarnya hal ini merupakan hal rutin dan koordinatif bagi negara-negara anggota AIS. Kalau tidak ada hambatan apapun, KTT akan dilaksanakan di Bali pada tanggal 10-11 Oktober. AIS merupakan sebuah forum yang mewadahi Kerjasama antara negara kepulauan yang tersebar di seluruh dunia. AIS Forum hadir sebagai wadah untuk berkolaborasi memecahkan permasalahan global, terutama di bidang kemaritiman dan kelautan, dan juga memecahkan permasalahan perubahan iklim kelautan,” ujar Dr. Mukhaer Pakkanna, SE, MM. selaku Rektor ITB Ahmad Dahlan seperti diwawancara pada Kamis (5/10/2023).


Kesempatan sebagai tuan rumah KTT AIS ini selain sebagai ajang memperkenalkan keindahan dan keistimewaan Indonesia, kesempatan ini dapat dimanfaatkan sebagai media bagi Indonesia untuk mendapatkan informasi dan ilmu berguna yang berasal dari negara-negara kepulauan lain yang dapat diimplementasikan kepada kondisi kemaritiman Indonesia agar dapat menjadi lebih maju.


Karena KTT AIS ini merupakan event yang penting bagi keberlangsungan maritim di Indonesia, langkah-langkah yang diambil pun harus hati-hati. Oleh karena itu, Indonesia harus menyiapkan langkah-langkah strategis sehingga KTT AIS dapat berjalan secara maksimal.


“Bagi Indonesia, KTT AIS menjadi ajang untuk mengartikulasikan kepentingan. Indonesia memiliki kekuatan yang ‘tidak terbatas’ di bidang maritim. Berdasarkan data dari ood and Agriculture Organization 2019, Indonesia pada saat ini menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Selain itu, perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi minyak . Dari angka ini hanya sekitar 10 persen yang saat ini telah dieksplor dan dimanfaatkan.’ Jelasnya


 Indonesia juga harus mencontoh beberapa negara kepulauan yang maju, yakni Indonesia harus mencontoh bagaimana cara mereka mengelola bidang maritimnya. Lalu, cara mereka dapat diimplementasikan berdasarkan keadaan maritim Indonesia saat ini.\


 Yang kita semua harapkan adalah Indonesia dapat maju dan memberdayakan semua potensi sumber daya alamnya dan dipergunakan demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat Indonesia dan semoga dengan adanya KTT AIS ini, Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya.


“Kita berharap agar kelautan Indonesia kedepan menjadi arus utama pembangunan nasional dengan memanfaatkan ekosistem perairan laut beserta segenap sumberdaya yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan untuk kesatuan, kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Dalam konteks inilah interaksi antara Negara yang memiliki kepentingan yang sama harus didialogkan dalam KTT AIS," tutup Dr. Mukhaer Pakkanna, SE, MM.


Kategori : News


Editor      : AHS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama