SEMARANG, suarapembaharuan.com – Ribuan orang menyemut di Lapangan Pancasila, Simpang Lima Kota Semarang, Minggu (3/9/2023) pagi. Bukan untuk senam atau nonton konser, mereka kompak menggaungkan pesan pemilu damai, menepis hoaks, dan menangkal perpecahan.
Ist |
Ya, pagi itu ribuan orang telah berkumpul di jantung Kota Semarang. Mengenakan atribut pita merah putih, mereka tak hanya datang dari Ibu Kota Jateng, namun dari 35 daerah di Jawa Tengah dan luar provinsi. Mereka melebur dalam Jambore Kebangsaan dan Deklarasi Pemilu Damai 2024.
Acara diawali dengan pekik komitmen kawal pemilu damai, yang diikuti perwakilan pemuda-pemudi dari 35 kabupaten/ kota di Jateng. Mereka bertekad berpartisipasi dalam Pemilihan Umum 2024 dengan mengedepankan sikap anti hoaks, menghindari perpecahan, dan menjaga perdamaian.
Hadir dalam acara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang secara simbolis menancapkan bendera merah putih ke monumen pemilu damai.
Mereka juga berikrar untuk mengawal pesta demokrasi, agar seluruh elemen masyarakat dapat mengikuti sesuai hak politiknya. Untuk diketahui, jumlah pemilih di Jawa Tengah dalam pemilu 2024 sebanyak 28.289.413 orang. Data tersebut terdiri dari pemilih perempuan sebanyak 14.175.520 jiwa dan pemilih laki-laki sebanyak 14.113.893 jiwa.
Dari jumlah tersebut, setidaknya 60 persen lebih, adalah mereka Generasi Milenial (lahir di tahun 1981-1996) dan Generasi Z (lahir 1997-2012).
Hal ini diamini seorang santriwati asal Gunungpati, Kota Semarang Latifah. Menurutnya, keikutsertaan kaum muda dalam mengawal kontes politik lima tahunan itu penting.
“Pemilu damai ya harus jujur, adil dan jangan percaya hoaks. Karena hoaks itu kayak fitnah yang menyebar,” ujarnya.
Warga lain Maulida berharap, Pemilu 2024 lebih damai.
“Harapannya pemilu nanti kita bisa memilih apa yang kita yakini. Dan kalau ada informasi yang menyudutkan salah satu pihak jangan disebar dulu ya,” urainya.
Jaga Toleransi
Seorang pemudi dari Nias yang kini berkuliah di Semarang, Kinan, memuji toleransi yang ada di Jawa Tengah. Menurutnya, hal itu adalah modal untuk mewujudkan Pemilu damai.
“Toleransi di Jateng hampir sempurna. Yang saya rasakan dalam hal beribadah, kami bebas dan tidak ada kejadian seperti penutupan gereja seperti di berita-berita. Ya harapannya toleransi itu ditingkatkan,” tuturnya.
Imanuel, seorang pemuda asal Papua yang kini menuntut ilmu di Semarang pun mengakui hal serupa. Ia berharap, Pesta Demokrasi 2024 lebih adem.
“Harus menciptakan suasana hangat dan baik, agar pemilu menghasilkan pemimpin yang baik. Kita juga harus kritis, jeli memahami isu terkait berbagai berita di media,” ungkapnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan, Pemilu merupakan ajang rutin 5 tahunan. Oleh karenanya, ia meminta segenap warga Jateng tidak terpantik isu identitas, hoaks, yang mengarah ke perpecahan bangsa.
“Pemilu adalah rutinitas tahunan, kita punya pengalaman dan kita musti pastikan kita adalah anak bangsa yang dewasa dalam berdemokrasi. Maka disitulah kita harus menjaga semuanya agar bisa merawat demokrasi makin baik. Ujungnya kan adalah bagaimana keputusan membela rakyat,” ucapnya.
Ganjar mengingatkan, pada 164 hari jelang pemungutan suara, seluruh elemen masyarakat diharapkan bekerja sama menyukseskan gawe demokrasi itu. Dia mengajak warga mengawasi setiap tahapan pemilu, dan memastikan setiap orang dapat mengikuti ajang tersebut.
Kategori : News
Editor : ZHR
Posting Komentar