JAKARTA, suarapembaharuan.com - Dunia literasi merupakan pintu gerbang menuju pengetahuan, pemahaman yang lebih baik, dan potensi tak terbatas. Kemampuan literasi dalam membuka akses ke informasi dan peluang yang berlimpah, memungkinkan untuk mengambil keputusan yang lebih baik dalam hidup.
Foto : Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas, Agus Sutoyo. |
Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas, Agus Sutoyo mengatakan literasi sangat diperlukan untuk kehidupan dan juga memberdayakan koleksi Perpustakaan Nasional (Perpusnas).
"Literasi sangat penting karena menjadi pondasi dalam membuat konten. Ini layaknya sebuah bangunan, promosi perpustakaan di media massa dan media sosial lainnya harus memiliki pondasi literasi yang kuat," katanya dalam diskusi bertajuk Meningkatkan Pemahaman Dunia Literasi dan Perpusnas di Hotel JW Marriott Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Literasi bukanlah sekadar kemampuan membaca dan menulis dan juga bukan terkait minat baca yang rendah. Tetapi keterampilan yang memberdayakan individu untuk berpikir kritis, berkomunikasi dengan efektif, dan pada akhirnya berpartisipasi aktif dalam percaturan global.
Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Perpusnas, Sri Marganingsih menjelaskan peran literasi yang tak tergantikan dari Perpusnas dalam menciptakan masyarakat unggul dan sadar akan pengetahuan.
Perpustakaan kini menyediakan layanan yang bertransformasi sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta kebutuhan masyarakat.
"Arah transformasi menekankan bahwa paradigma perpustakaan kini telah berubah. Paradigma baru perpustakaan mengarahkan sumber daya dan upaya perpustakaan dengan proporsi 10% untuk manajemen koleksi 20% untuk manajemen pengetahuan dan 70% untuk transfer pengetahuan. Kami menyebut pengaturan proporsi ini sebagai perpustakaan menjangkau masyarakat," ungkapnya.
Berbagai partisipasi masyarakat ditunjukkan dalam urusan literasi dan terasa impresif. Sejumlah upaya konstruktif mendekatkan sumber bacaan menjangkau hingga ke pelosok dilakukan melalui kuda pustaka, becak pustaka, bemo pustaka, motor pustaka, perahu pustaka, noken pustaka, dan lainnya.
Data terakhir (2022) mencatat tidak kurang dari 16.331 pegiat literasi tersebar di berbagai penjuru Tanah Air. Perpusnas melihat potensi ini sebagai kekuatan yang harus dikolaborasikan melalui akademi literasi dan terus didorong perkembangannya.
Tujuannya yakni mewujudkan kolaborasi pegiat literasi melalui pemberdayaan masyarakat yang integratif dan partisipatif, serta meningkatkan nilai gemar membaca dan indeks pembangunan literasi masyarakat.
Selain itu, sejak tahun 2018, Perpustakaan Nasional memiliki program prioritas nasional yaitu Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). Ini merupakan suatu pendekatan pelayanan guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan.
Dengan program ini, Perpusnas bergerak untuk menjadikan perpustakaan sebagai ruang publik berbagi pengalaman, berlatih keterampilan dan kecakapan hidup, belajar secara kontekstual untuk menjadi masyarakat produktif, mandiri dan sejahtera.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar