JAKARTA, suarapembaharuan.com - Ketua Majelis Nasional Perhimpunan Pergerakan 98 Sahat Simatupang menyebut, lambatnya penetapan calon wakil presiden mendampingi Prabowo dan Ganjar Pranowo membuktikan alotnya kepentingan elit pimpinan partai pengusung keduanya. Berbeda dengan penetapan pasangan calon presiden - calon wakil presiden Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar yang diusung Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ujar Sahat, hingga mendekati masa pendaftaran di KPU, Oktober mendatang, pasangan Prabowo dan pasangan Ganjar Pranowo masih belum jelas.
Ketua Majelis Nasional Perhimpunan Pergerakan 98, Sahat Simatupang.ist |
Sahat mengatakan, hal tersebut mengindikasikan tarik - menarik kepentingan terjadi diantara partai politik pengusung Prabowo dan Ganjar Pranowo. Lambatnya penetapan cawapres untuk Prabowo dan Ganjar, menurut Sahat bukan karena kepentingan mengakomodir kehendak rakyat, melainkan kepentingan elit politik dan pemodal.
" Sangat berbeda dengan pendeklarasian Anies - Gus Muhaimin yang sudah klop karena elit ketiga partai pengusung yakni NasDem, PKB dan PKS mendahulukan kepentingan rakyat banyak ketimbang kepentingan elit partainya. Itu kesan yang ditangkap rakyat kebanyakan dari penetapan pasangan Anies - Gus Muhaimin." kata Sahat Simatupang, Sabtu (23/9/2023).
Sahat menambahkan, semakin lama penetapan cawapres untuk Prabowo dan Ganjar justru merugikan keduanya karena persepsi publik, alotnya penetapan cawapres untuk keduanya karena tarik menarik kepentingan politik, bukan kepentingan ideologi apalagi untuk kepentingan rakyat. Sahat menambahkan, kenapa NasDem, PKB dan PKS bisa dengan cepat memutuskan pasangan Anies - Gus Muhaimin." Karena ketiga elit partai tersebut menangkap kehendak rakyat terhadap calon presiden - calon wakil presiden setelah Jokowi. Sederhana saja sebetulnya. Jokowi sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan yang digantikannya yakni Susilo Bambang Yudhoyono, dan rakyat menghendaki itu saat Pilpres 2014 dan Jokowi menang." ujar Sahat.
Dalam konteks Pilpres 2024 mendatang, Sahat meyakini suara rakyat akan terbagi secara masif kepada dua kubu yakni apakah rakyat menghendaki gaya dan pola kepemimpinan seperti Jokowi atau rakyat menghendaki pola kepemimpinan yang berbeda dari Jokowi." Jadi sebetulnya Prabowo dan Ganjar tidak sesulit saat ini untuk menentukan cawapres pendamping mereka. Sebab Prabowo dan Ganjar mengidentifikasi dirinya sebagai penerus Jokowi. Itu artinya gaya dan pola kepemimpinan Prabowo dan Ganjar mengikuti pola kepemimpinan Jokowi." pungkas Sahat.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar