Tommy Soeharto Dinilai Layak Pimpin Golkar

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Partai Golkar membutuhkan sosok ketua yang berani, tegas dan mampu menerjemahkan sekaligus mengeksekusi keputusan-keputusan penting dalam menjalankan roda organisasi. Baik keputusan yang disepakati bersama dalam musyawarah tertinggi yakni Musyawarah Nasional maupun dibawahnya, keputusan rapat kerja nasional.



Dengan tereksekusinya setiap keputusan bersama, maka jalannya roda organisasi tidak gagap dalam menghadapi setiap dinamika yang terjadi. Tidak terkecuali dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2024. Dimana dalam pemilihan langsung itu akan dihelat secara bersamaan Pemilihan Kepala Daerah, Pemilihan Anggola Legislatif dan Pemilihan Presiden. 


"Kemampuan seorang Tommy Soeharto dalam mengeksekusi setiap ide, pemikiran, inovasi, kreativitas, dan kepemikiran visi dan misi, dan tentu saja karakteristik kepemimpinannya merupakan modal besar," terang Pengamat Sosial Politik Universitas Padjajaran, Dr Rusdin Tahir, dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa 1 Agustus 2023.


Menurutnya, apabila memperhatikan dan memahami akan sosok seorang Hutomo Mandala Putra -nama lengkap Tommy Soeharto, maka tak dapat dipungkiri ia mempunyai indikator seorang pemimpin masa depan. Baik untuk memimpin sebuah partai bahkan memimpin Indonesia.


"Saya meyakini betul sosok kepemimpinan yang dimiliki Tommy Soeharto sangat ideal dengan kriteria yang saya temukan dari berbagai literatur," ucap Dr Rusdin.


Apalagi, dalam beberapa tahun ini ada perubahan mendasar pada diri Tommy. Dimana Tommy semakin matang dalam berpolitik sehingga sangat layak kembali ke dunia politik. Salah satu partai yang layak dimasuki adalah partai yang didirikan dan dibesarkan bapaknya, Partai Golkar.


Senada, praktisi hukum Agus Widjajanto mengungkapkan bahwa situasi politik menjelang Pemilu Serentak 2024 tensinya akan sangat tinggi. Karena itu banyak partai politik peserta pemilu menyelenggarakan konsolidasi internal menyambut hajat demokrasi lima tahunan tersebut.


Namun alih-alih memperkuat barisan dan menjaga soliditas kader, kata Agus, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto justru diperiksa Kejaksaan Agung (Kejagung) pada Senin 24 Juli 2023 lalu.  Airlangga diperiksa Kejagung kaitannya dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/cpo) dan produk turunannya.


Disebutkan, bila belajar dari sejarah masa lalu baik jaman Orde Lama Soekarno berkuasa dan Orde Baru saat Soeharto berkuasa, saat ini tidak banyak elit partai berlambang pohon beringin yang memiliki dan mempunyai kemampuan eksekutorial setiap kebijakan dan program. 


Ia mengamini jika pucuk pimpinan partai saat ini, disebut sebagian kader, penuh keragu-raguan dalam menjalankan roda organisasi dan mengambil keputusan. Sebagai partai besar dan kaya pengalaman, kata Agus, Ketum Airlangga justru terombang-ambing tanpa kejelasan. 


Buktinya Airlangga yang seharusnya diusung menjadi capres dan menggalang dukungan, saat ini namanya justru terhempas dari bursa capres dan hanya menduduki sebagai cawapres. Itu pun, lanjut Agus, dengan tingkat elektabilitas rendah sebagai cawapres jika disandingkan dengan kader-kader partai lain.


"Kemampuan eksekutorial inilah yang tidak ditemukan pada elit partai politik di masa kini hingga dianggap lemah dan ragu-ragu," jelas Agus Widjojanto.


Golkar sendiri, lanjutnya, merupakan sebuah organisasi yang dibentuk oleh Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina. Kemudian hingga tahun 1998 berubah menjadi partai politik dengan nama Partai Golkar. Nama awal sebelum menjadi partai politik adalah Sekber Golkar atau Sekretariat Bersama Golongan Karya.


Pada pada akhir 1998, lanjut Agus, Golkar mendeklarasikan diri sebagai partai politik dengan mengusung semangat reformasi yang berintikan keadilan, demokrasi, dan transparasi. Dimana pendiri Partai Golkar adalah Soeharto dan Suhardiman.


"Menurut saya, hak yang sama sebenarnya juga ada pada diri Tommy Soeharto. Sebagai Keluarga Cendana, Tommy mempunyai hubungan sejarah yang tidak terpisahkan. Kehadirannya saat ini diharapkan bisa memberikan warna baru dan semangat baru dari partai beringin," urainya.


"Bagaimanapun, menyebut Keluarga Cendana di dunia politik tidak bisa dilepaskan dengan Tommy Soeharto yang sempat mendirikan Partai Berkarya yang kini sudah vakum. Dia merupakan tokoh yang perlu diperhitungkan karena kemampuan eksekutorialnya dan karena ada hubungan sejarah Golkar. Kenapa tidak? Kalau memang nantinya di Munaslub diusulkan," demikian Agus Widjojanto.


Kategori : News


Editor      : AHS


1 Komentar

  1. Usia 61th Tomy baru bangkit. Sementara Partai Berkarya besutannya sudahn"kandas" sebelum tinggal landasan. Tomy tidak miliki kiprah sebagai "petarung" yg gigih.Testimoni senior Partai Golkar mantan Ketum yang juga mantan Wapres RI Yusuf Kalla , calon Ketum harus siapkan Rp.600 milyar untuk gelar Munas 2024.
    .

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama