ASEAN-FJCCIA Hadirkan Kemitraan Inovasi dan Keberlanjutan

JAKARTA, suarapembaharuan.com - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Federasi Kamar Dagang dan Industri Jepang di ASEAN (FJCCIA) menggelar dialog dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN Kao Kim Hourn yang menjabat sejak Januari tahun ini di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Keduanya menyepakati kemitraan baru di bidang inovasi dan keberlanjutan untuk memperingati 50 tahun hubungan.


Foto : Federasi Kamar Dagang dan Industri Jepang di ASEAN (FJCCIA) mengadakan dialog di Jakarta dengan Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn


“Kedua pihak sepakat untuk meluncurkan kemitraan baru, yaitu ‘ASEAN-Japan Co-Creation Vision', yang bertumpu pada inovasi dan keberlanjutan, serta digerakkan oleh sektor swasta,” kata Kao Kim Hourn dalam konferensi pers “Dialog ke-15 antara Sekjen ASEAN dan Federasi Kamar Dagang dan Industri Jepang di ASEAN (FJCCIA).


Dia mengatakan bahwa kemitraan itu dimaksudkan untuk menciptakan era baru hubungan ekonomi ASEAN-Jepang hingga 50 tahun ke depan.


Menurut Kao, FJCCIA telah memberikan rekomendasi berdasarkan empat pilar utama “ASEAN-Japan Co-Creation Vision”, yang sejalan dengan Kerangka Rekonstruksi Komprehensif ASEAN (ASEAN Comprehensive Recovery Framework/ACRF).


Empat pilar tersebut adalah integrasi ekonomi yang lebih luas, transformasi digital yang komprehensif, kemajuan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan tangguh, serta pengembangan sumber daya manusia.


Kao juga mengatakan bahwa ASEAN telah memulai negosiasi untuk memutakhirkan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ASEAN Trade in Goods Agreement/ATIGA) agar tidak hanya bermanfaat dan berdampak, tetapi juga semakin relevan di sektor bisnis.


“Pemutakhiran ATIGA akan semakin menyederhanakan aturan asal barang, memperluas adopsi teknologi digital dan dokumen tanpa kertas dan memfasilitasi perdagangan untuk UMKM dan mempromosikan perdagangan digital di kawasan, termasuk antara ASEAN dan Jepang,” katanya.


Hiroyuki Ueda, Ketua FJCCIA (Ketua Jakarta Japan Club), mengatakan dalam dialog tersebut perusahaan swasta Jepang akan bekerja sama dengan ASEAN sebagai warga korporasi yang berbisnis di ASEAN.



"Kami menekankan pada konsep pemberian rekomendasi untuk memaksimalkan daya tarik ASEAN sebagai tujuan investasi, serta lebih memperkuat posisi ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan, yang merupakan tema yang ditetapkan oleh Indonesia sebagai ketua ASEAN pada tahun 2023," kata Ueda. 


ATIGA bertujuan untuk menciptakan arus barang secara bebas di kawasan yang menghasilkan hambatan perdagangan lebih sedikit dan hubungan ekonomi yang lebih erat di antara negara-negara anggota.


Selain itu, perjanjian itu juga menciptakan biaya bisnis lebih rendah, peningkatan perdagangan, serta pasar dan skala ekonomi yang lebih besar bagi bisnis.


Berdasarkan ATIGA, Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand telah menghapus biaya masuk intra-ASEAN pada 99,65 persen dari pos-pos tarif mereka,  Sedangkan Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam telah mengurangi bea impor menjadi 0-5 persen pada 98,86 persen dari pos-pos tarif mereka.


Dialog ke-15 antara Sekjen ASEAN dan FJCCIA itu juga dihadiri oleh Duta Besar Jepang untuk ASEAN Masahiko Kiya, Ketua FJCCIA Hiroyuki Ueda, dan Wakil Presiden Eksekutif Japan External Trade Organization (JETRO) Mio Kawada.


ASEAN beranggotakan 10 negara: Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Pada KTT ASEAN 2022, Timor Leste secara prinsip telah diterima sebagai anggota ASEAN ke-11.


Takeharu Mizukoshi selaku Ketua Kamar Dagang dan Industri Jepang di Kamboja senagai salah satu peserta dialog menyoroti peningkatan yang berkelanjutan terhadap kemudahan transportasi darat dan konektivitas rantai pasokan di Kawasan Mekong dan ASEAN.


Semengtara Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Jepang di Bangkok, Kozo To menyoroti kerja sama antara Jepang dan ASEAN untuk meningkatkan konektivitas energi bersih di kawasan ASEAN, memfasilitasi perdagangan, merelaksasi regulasi, dan melakukan Mekanisme Pengaturan Batas Karbon (CBAM).


Kategori : News


Editor      : AHS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama