Peserta ILPAC Indonesia Lolos ke Korea

Belajarlah Seperti Alam yang Tanpa Pamrih


JAKARTA, suarapembaharuan.com ‐ “Alam menjadi teman, menjadi kebahagiaan karena kita hidup bersama di alam, kita berbagi kasih di alam dan alam memberi kita kebahagiaan yang menjadi kedamaian bagi semua penghuninya. Belajarlah seperti alam yang memberikan air, udara, cahaya tanpa pamrih buat kita semua karena itu marilah kita jaga alam sebagai sumber kedamaian yang abadi.”



Begitu narasi yang dituliskan oleh Akhtar Dhiaurrahman siswa SMP Negeri 8 Depok, menjelaskan tentang lukisannya pada lomba melukis “International Loving Peace Art Competition” (ILPAC), yang digelar oleh International Women's Peace Group (IWPG) secara online dan secara offline di 6 (enam) kota di Indonesia, selama Juni 2023 lalu.

 

Sementara, Priyanka Chopra menuliskan narasinya: “Dunia damai yang belajar dari alam". Belajar kedamaian dari alam seperti menanam pohon; Perdamaian harus ditanam, disiram, dan disemai agar dapat tumbuh lebih baik.


Kedamaian itu seperti pohon; Jika kita menanamnya dengan cinta, itu akan tumbuh dengan baik, melindungi dirinya sendiri, dan menghasilkan buah yang baik "Kedamaian selalu indah."

 

Karya Siswi SMPN 79 Jakarta ini pun berhak untuk mengikuti ajang lomba melukis internasional di Korea Selatan.



Diakui, keputusan dewan juri ini sangat sulit, karena banyaknya peserta dengan kualitas gambar dan narasi yang cukup bagus. Namun, para dewan juri nasional dan lokal, yang terdiri dari Suprianto (Sentot Season), Ni Ketut Ayu Sri Wardani, Defvi Kurniawati Wijaya SPd BSc dan Qanitha Himazona, harus mengambil keputusan untuk menentukan pemenang.

 

ILPAC yang digelar oleh IWPG adalah bagian dari upaya untuk menanamkan hati perdamaian kepada anak-anak dan remaja di seluruh dunia, yang merupakan protagonis masa depan era perdamaian. Tahun ini, 'International Loving Peace Art Competition' ke-5 diadakan untuk melanjutkan kompetisi tahunan dan agar angin perdamaian berhembus ke hati dan pikiran anak-anak dan remaja di seluruh dunia.

 

ILPAC (Lomba melukis dengan narasi untuk anak usia 7-17 tahun) digelar secara online di Indonesia pada tanggal 23 Juni 2023, sedangkan lomba secara offline digelar di enam lokasi pada bulan yang sama, yakni di SD No 6 Benoa, Bali, SDN Padedeweri, Sumba, NTT, SMA Kristen Satya Wacana Salatiga, SMA Katolik Budi Murni 2 Medan, SMA Negeri 1 Kakas, Sulawesi Utara, dan Mall Bellevue, Cinere, Jakarta. Kemudian hasil karya peserta yang lolos pada tahap seleksi pada setiap negara atau wilayah akan dikirimkan ke Korea Selatan untuk mengikuti tahap seleksi final.

 

Total peserta ILPAC 2023 di Indonesia 357 orang, terdiri dari siswa SD 234 orang, SMP 45 orang dan SMA 78 orang. Mereka berasal dari 76 sekolah, yakni 44 SD, 18 SMP dan 14 SMA.



Sejak berdiri pada tahun 2013, IWPG telah melaksanakan berbagai proyek perdamaian dan kampanye untuk mewujudkan perdamaian dunia. ILPAC salah satu program yang dilakukan secara rutin dari tahun ke tahun. “Kami berharap, melalui lomba ini juga bisa menyumbang pertumbuhan dan kemakmuran yang berkelanjutan dari perkumpulan seni lukis di Indonesia, dan di berbagai negara di mana IWPG berkiprah,” kata Hyun Sook Yoon Ketua IWPG.

 

IWPG adalah sebuah organisasi non-pemerintah, non-profit yang berada dalam status konsultatif khusus dengan Economic Committee for Economic and Social Af airs (ECOSOC) PBB. Ada lebih dari 100 cabang di 130 negara dengan kantor pusat berlokasi di Seoul, Korea Selatan, di mana ia terdaftar di bawah Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea.

 

IWPG bekerja secara internasional dengan hati seorang ibu untuk pemberdayaan perempuan dan bekerja untuk mencapai perdamaian yang melampaui kebangsaan, etnis, dan agama untuk ditinggalkan sebagai warisan untuk generasi mendatang.



Kesan Juri Termuda ILPAC 2023

 

Salah seorang juri termuda dalam ILPAC Indonesia 2023 adalah Qanitha Himazova. Remaja wanita berusia 15 tahun alumni Lazuardi Companionate School di Cinere Depok dan Labschool cirendeu skrg kelas 9 di sekolah Murid Merdeka SMM Jakarta.


“Ini pengalaman pertama bagi saya menilai karya teman-teman. Terus terang, saya sulit menentukan pilihan karena banyak dari karya mereka yang sangat-sangat bagus,” katanya seusai menilai karya-karya Lukis peserta lomba di Mall Bellevue, Cinere, Jakarta.


Qanita, panggilan akrabnya, lahir 21 April 2008 di kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Dia memiliki hobby melukis aliran ekspresionisme, digital dan hand drawing anime Japan art. Hobby lainnya adalah menyanyi. Dan karya karya nya sering di pamerkan di pameran di Kemang Jakarta

 

Sejak awal lomba ILPAC Qanita sudah hadir scooter membawa dia mengitari ruangan, untuk mengamati peserta yang sedang melukis. Setelah tiga jam lomba usai, Qanita menyortir lukisan-lukisan yang sudah selesai untuk menentukan enam lukisan terbaik di lokasi tersebut.



Salah satu pilihannya, lolos untuk diperlombakan di Korea, yakni karya Akhtar Dhiaurrahman. Ini menunjukkan kejeliannya memilih karya terbaik, meskipun aktivitas sebagai juri baru pertama kali dilakukan.

 

Founder start-up Brand Qanitha.Co yang didirikan tahun 2020, sering menjadi team leader di project base learning tugas-tugas sekolah. Tak heran dia memiliki leadership dan antusias, sopan santun, baik, dan ceria.


“Cita-cita saya kedepan ingin memiliki yayasan berorientasi social, Art yang memberi wadah anak-anak berkreativitas membantu dan melindungi dan bisa mengapresiasi karya anak-anak seperti saya,” kata Qanita yang berkebutuhan khusus tersebut.


Kemampuan melukis yang dimiliki Qanita, sudah diasah sejak usia dini. Setelah les, sejak kelas dua SD, tahun 2016 lalu, dia sudah membagi ilmu kepada teman-temannya, dengan membuka les melukis gratis di halaman belakang rumahnya.


Untuk menimba ilmu, Qanita juga sering mengikuti lomba di ajang nasional dan internasional, antara lain di Jepang.


Metode transfer ilmu itu, dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain belajar seni, mereka juga melakukan sharing pengetahuan, sebagai latihan bersosialisasi. “Latihan berbagi ilmu sangat membantu untuk melatih kemandirian percaya diri dan skill komunikasi karena aku anak pemalu ,” kata Qanita, yang bercita cita jadi arsitek tersebut.

 

Saat pandemic Covid 19, kreativitas Qanita tidak menurun, malah kesempatan banyak di rumah dia gunakan untuk menuangkan karya seni lewat ide desain, dan berkreasi dengan art skill hand drawing anime. Dari sanalah lahir brand Qanitha.co sebagai designer mengaplikasikan imajinasi dan kreativitas desainnya melalui sketsa di kertas dan computer.


Qanita memilih aliran ekspresionisme dalam lukisannya. “Bagi saya,   melukis adalah bagian dari terapi emosi, kemarahan dan depresi, juga kebahagiaan, yang bisa saya tuangkan ke dalam   kanvas,” kata pelukis muda yang mengagumi karya-karya Matthias Grünewald, El Greco, dan Affandi bapaknya aliran ekspresionisme. 


Kategori : News


Editor     : AHS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama