Aktivis 98 Minta Pemerintah Pindahkan Makam Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dhien

JAKARTA, suarapembaharuan.com -  Aktivis 98 Anto Kusumayuda meminta Presiden Joko Widodo memerintahkan pemindahkan makam Pangeran Diponegoro dari Makassar ke Yogyakarta. Menurut Anto, pemindahan makam Pangeran Diponegoro ke tanah leluhurnya karena Pangeran Diponegoro merupakan anak dari Sri Sultan Hamengku Buwono III.


Teks foto : Anto Kusumayuda (kiri) dan Sahat Simatupang (kanan) Ist

"Beliau ( Pengeran Diponegoro) adalah seorang ningrat yang mempunyai jasa besar terhadap bangsa dan negara dalam melawan penjajah Belanda. Sangat pantas dimakamkan di tanah leluhurnya sendiri karena memiliki tanah pemberian Keraton Yogyakarta." ujar Ketua Umum Perhimpunan Pergerakan Jejaring Nasional Aktivis 98 (PPJNA 98) ini, Selasa (18/7/2023) menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah atau 1 Suro.


Sebelumnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat acara Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia di Makassar, Kamis pekan lalu, mengusulkan agar makam Pangeran Diponegoro dipindah ke Yogyakarta. Menurut Prabowo, pemindahan makam Pangeran Diponegoro merupakan upaya menempatkan pahlawan nasional itu ke tanah leluhurnya.


" Di sini, di kota ini (Makassar) juga ada makam Pangeran Diponegoro yang dibuang dari daerah asalnya. Tidak ada salahnya kita berpikir tentunya dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan, apakah tidak sebaiknya kita kembalikan makamnya Pangeran Diponegoro ke kampung leluhur di Yogyakarta." ujar Prabowo.


Selain pemindahan makam Pangeran Diponegoro, aktivis 98 juga mengusulkan pemindahan makam Cut Nyak Dhien dari Gunung Puyuh, Sumedang ke tanah leluhur di Lampadang, Aceh. Menurut Ketua Majelis Nasional Perhimpunan Pergerakan 98 Sahat Simatupang, momentum pengembalian benda bersejarah kerajaan - kerajaan nusantara oleh Pemerintah Belanda mestinya diikuti penataan sejarah perjuangan pahlawan nusantara seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dhien, Raja Sisingamangaraja XII dan lain - lain.


" Cut Nyak Dhien wafat 6 november 1908. Beliau adalah pahlawan perempuan terhebat dalam sejarah perlawanan rakyat nusantara terhadap kolonial Belanda. Sudah selakyaknya makam Cut Nyak Dhien dipindahkan ke tanah leluhurnya di Aceh." kata Sahat.


Pemindahan makam Cut Nyak Dhien ke tanah leluhurnya di Aceh, ujar Sahat, akan membuktikan Indonesia dimata dunia, bahwa pemimpin perempuan di Aceh yang mayoritas beragama Islam sudah ada sejak tahun 1800 an. Pelajaran berharga untuk generasi muda Indonesia, sambung Sahat, bahwa Cut Nyak Dhien seorang perempuan namun mampu menjadi pemimpin besar serta memimpin pasukan laki - laki. 


" Bahkan negara besar seperti Amerika yang merdeka pada tahun 1776 tidak memiliki pahlawan perempuan yang berani melawan penjajah Amerika yakni Inggris. Kesetaraan gender atau gender equality ala negara Barat sudah diterapkan di Aceh pada tahun 1800 an. Selain itu pemindahan makam Cut Nyak Dhien ke tanah leluhurnya akan memperkuat sejarah nusantara agar tidak dikalahkan oleh ideologi asing yang ingin menghilangkan peradaban nusantara, dan Aceh adalah salah satu wilayah Indonesia yang bisa melakukan perlawanan itu." pungkas Sahat Simatupang.


Kategori : News


Editor     : AHS


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama