JAKARTA, suarapembaharuan.com - Kementerian Pertanian (Kementan) khususnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan diminta serius mengurus Vaksin African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika.
Ist |
Pasalnya, hingga saat ini keampuhan serum yang dikembangkan belum bisa mencapai angka di atas 80%. Bahkan keampuhannya saat uji coba masih sekitar 40%.
Anggota Komisi IV DPR RI, Yohanis Fransiskus Lema, mengakui belum adanya vaksin untuk mengendalikan penyakit mematikan tersebut pada ternak babi.
Namun, menurutnya, pemerintah melalui Kementerian Pertanian tengah mengembangkan serum. Dan, sudah dilakukan beberapa kali uji coba.
"Tetapi kesahihannya, keampuhannya, itu belum mencapai angka di atas 80%. Bahkan uji coba ini masih jauh di bawah itu hanya sekitar 40 persen,” jelasnya di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, baru - baru ini.
Ansy Lema sapaan akrabnya menjelaskan, ASF sudah terjadi di beberapa provinsi, termasuk di dapilnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
ASF juga menyebar hingga di Bali, Sumatera Utara (Sumut) dan Sulawesi Selatan. Untuk itu, ketersediaan vaksin ASF dirasa sangat penting untuk segera dilakukan.
“Karena bicara babi, ternak babi ini adalah ternak yang memiliki nilai ekonomis di satu sisi tetapi juga memiliki nilai kultural. Saya yakin seperti bagi masyarakat di Toraja, di NTT, di Bali dan di Sumut, banyak sekali aktivitas-aktivitas kultural mulai dari kelahiran, ya acara-acara keagamaan perkawinan, dan pernikahan, bahkan sampai acara kematian, itu selalu melibatkan ternak yang namanya babi ini. Kalau persoalan penyakit mulut dan kuku yang menimpa sapi, republik ini ribut, mestinya urusan ASF ini juga harus ditangani secara serius,” jelasnya.
Di sisi lain, Ansy Lema juga mengingatkan mengenai pentingnya menerapkan biosecurity. Menurutnya, setiap peternakan rakyat harus memiliki SOP (standard operational procedure) yang baik, dijalankan secara higienis, bersih, dan mempunyai sistem pembuangan limbah yang jelas.
“Karena kalau peternakan ini dijalankan tidak memenuhi standar SOP yang benar, maka kemudian yang terjadi ini adalah aspek biosecurity-nya tidak baik maka virus dan penyakit itu akan bisa menyerang babi dan kemudian mati,” katanya.
Lebih lanjut, Ansy Lema meminta aspek karantina, biosecurity, SOP peternakan rakyat yang higienis dan bersih harus betul-betul didorong.
Kemudian ia juga mendesak Menteri Pertanian Republik Indonesia dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk segera menurunkan tim ke Luwu, Sulawesi Selatan untuk mencari akar persoalan dari kasus tersebut.
“Hari-hari ini kita tahu jika peternak rakyat itu punya 20 ekor babi, ASF ini mengakibatkan, menyebabkan kematian sampai 100% dan ini punya nilai ekonomis dan ini terkait dengan kepentingan rakyat pada level akar rumput, para peternak-peternak rakyat kita,” jelasnya.
Di akhir penyampaian, Ansy Lema juga meminta Menteri Pertanian harus segera turun untuk membereskan persoalan ini.
“Setidaknya memberikan bantuan-bantuan secara cepat, turun membawa misalnya vitamin, disinfektan ya. Memisahkan ternak- ternak yang sakit, dengan pernah ternak yang masih sehat,” pungkasnya.
Kategori : News
Editor : YZS
Posting Komentar