BINJAI, suarapembaharuan.com - Sang pejuang duafa, H Ikhwan Lubis yang sukses berprestasi dalam menjalankan tugas sebagai seorang perwira menengah di Institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dengan pangkat sebagai Kombes Pol di Polda Sumatera Utara.
Menjabat dua kali sebagai Kapolres, yakni Kapolres Pelabuhan Belawan dan Batubara. Saat Purnawirawan pun dirinya tetap akan terus mengabdi kepada masyarakat dengan memperjuangkan nasib anak yatim piatu dan kaum duafa di seluruh Indonesia, dengan akan mengajukan Hari Sedekah yang akan dilakukan Pemerintah Republik Indonesia kepada masyarakat duafa dengan nama Gerakan Sosial Nasional Sedekah Jumat.
Perlu diketahui bahwasanya sosok H Ikhwan Lubis ini adalah pejuang tangguh dan inspirasi masyarakat luas. Pasalnya, orang yang terkenal disebut sang pejuang duafa ini masa lalunya sangat miris sekali.
Sejak usia 4 tahun dirinya sudah menjadi anak yatim dan sejak saat itu sosok pejuang duafa ini selalu menemani ibunya mencari nafkah sendiri dengan menjadi penjual sayuran di sebuah Pasar Tradisional Sukaramai Medan.
Setelah usia 10 tahun, sang pejuang duafa membantu ibu bekerja menjadi kuli panggul sayuran hingga saat ia mengejar cita citanya dan ingin melanjutkan sekolah menengah dirinya juga tetap diuji dengan kemiskinan pada saat itu.
Sang ibu yang berusaha agar anaknya bisa mengejar cita citanya harus banting tulang dan berusaha sekuat tenaga, hingga sosok sang pejuang duafa ini berhasil menjadi Perwira Kepolisian Republik Indonesia.
Sosok sang pejuang duafa H Ikhwan Lubis terpantau media duduk bersama para anak yatim piatu di Sekolah Madrasah Kota Binjai Selatan, Sumatera Utara, Senin (17/4/2023) sambil melaksanakan safari park sekaligus pembagian paket sembako dan santunan di Kota Binjai.
Sang pejuang duafa, H Ikhwan Lubis yang didampingi Ketua Komunitas Sedekah Jumat (KSJ) Kota Binjai, Herry Toke dan pengurus serta Relawan KSJ di kota tersebut menjelaskan sering bersama anak yatim piatu di daerah manapun sudah menjadi niatnya.
"Saya harus berjuang agar para anak yatim dan duafa di seluruh Indonesia ini dapat lebih diperhatikan. Saat ini KSJ yang saya dirikan bersama para sahabat sudah berjalan hampir 4 tahun lamanya dan kami berusaha akan mengembangkan terus ke seluruh Indonesia," ungkapnya.
Saat ditanya kenapa saat bersama anak yatim matanya berkaca-kaca, Ikhwan menjawab sejak umur 4 tahun saya sudah menjadi anak yatim.
"Bagaimana menjadi anak yatim itu sudah saya rasakan dan akan saya ingat sampai akhir hayat dengan sedikit kata haru dan sedih," tandas Ikhwan.
Kategori : News
Editor : AAS
Posting Komentar