PURBALINGGA, suarapembaharuan.com – Sebanyak 120 ribu unit sapu rayung Purbalingga diekspor perdana ke Pakistan. Komoditas tersebut diproduksi oleh para perajin sapu rayung merek Grass Broom yang tergabung dalam Koperasi Mitra Lira Perwira (MLP).
Ist |
Bupati Purbalingga melalui Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah, Agus Winarno, menyampaikan, ekspor tersebut merupakan wujud hilirisasi industri demi meningkatkan nilai jual produk.
“Para perajin sapu ini telah membantu program pemerintah, karena sesuai instruksi Pak Presiden, kita harus hilirisasi industri. Jangan sampai produk yang keluar dari Purbalingga hanya bahan baku tapi harus produk turunan atau barang jadi,” kata Agus saat melepas armada pengangkut sapu rayung ke Pakistan, di halaman Pendapa Dipokusumo, beberapa hari lalu.
Ia menjelaskan, Purbalingga memiliki potensi bahan baku sapu rayung dari rumput gelagah arjuna mencapai 1.000 ton rayung per tahun. Namun, serapan rayung oleh para perajin sapu Purbalingga, masih sebanyak 30 persen.
“Karena baru terserap 30 persen maka (rayung) yang lain keluar dalam bentuk bahan baku. Itu tidak kita inginkan karena jika jual bahan baku, kita tidak dapat nilai tambah,” katanya.
Ditambahkan, pihaknnya mengapresiasi inisiatif para perajin sapu unutk bergabung dalam sebuah koperasi.
“Tiga belas orang (perajin sapu) anggota dalam koperasi ini yang punya keahlian, punya kekhasan digabung jadi satu perusahaan. Maka perusahaan ini jauh lebih baik karena masing-masing kelebihan akan digabungkan ini akan jadi super team,” katanya.
Senada, Ketua Koperasi MLP, Anwar Faizal mengungkapkan, pembentukan koperasi bagi para perajin sapu diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas produk.
“Dengan dibentuk koperasi ini, kita satukan visi misi, termasuk membuat satu produk sapu dengan kualitas yang bersaing dengan satu merek dagang,” katanya.
Ia menjelaskan, Koperasi MLP terdiri atas 13 orang anggota perajin/pengusaha sapu rayung dari Purbalingga. Mereka mempekerjakan sebanyak 350 orang tenaga kerja, sehingga dapat memproduksi 20 ribu unit sapu per hari.
“Kendala kami adalah dalam mendapatkan lakop (bagian dari sapu). Ini kita harus mencari sampai Surabaya, Semarang, Tangerang, dan Kebumen. Kami harap pemerintah bisa bersinergi membantu kami memfasilitasi Injection Molding atau mesin pembuat lakop ini,” katanya.
Kategori : News
Editor : PAS
Posting Komentar