DENPASAR, suarapembaharuan.com - Rangkaian kegiatan Presidensi Group of Twenty (G20) yang dipegang Indonesia selama setahun ini sebagian besar dilaksanakan di Bali.
Ilustrasi |
Menurut Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Bali, Anak Agung Bagus Ngurah Agung, wajib dijaga keamanannya oleh seluruh warga etnis Nusantara yang berada di Bali.
Kata Ngurah Agung, soal keamanan Bali terus menerus dibicarakan dalam berbagai pertemuan FKPEN.
"Tentunya hal ini kita bicarakan bersama, karena faktor keamanan paling penting untuk kita di Bali," tegas pria asal Puri Gede Karangasem ini.
"Jadi kita ketahui ini, semua hidup dari pariwisata. Anggota paguyuban berbagai etnis Nusantara, sudah menjadi warga Bali dan mencari penghidupan di Bali, beranak cucu di Bali, jadi menjadi wajib bagi mereka semua untuk menjaga keamanan, itu faktor paling penting."
Ngurah Agung menjelaskan kalau keamanan tidak terjamin, otomatis ekonomi dalam keadaan lesu. Untuk menjaga keamanan ini yang kita lakukan adalah mensosialisasikan program program pemerintah, terutama khususnya dalam menyongsong pertemuan G20.
"Apalagi bulan November ini para pemimpin negara akan hadir."
Jadi jauh sebelumnya pengurus FKPEN sudah beberapa kali mengadakan pertemuan, khususnya dengan Polda Bali bagian Intelkam. Semua paguyuban diundang dan diberi sosialisasi G20
"Bagaimana ini untuk menjaga Bali, agar situasi kondusif. Nah setelah itu kita para ketua paguyuban sosialisasi pada warganya, juga mengontrol. Bagaimana kita para pengurus paguyuban bisa mengontrol, akan ada perhelatan besar, yang akan membawa nama Bali ini, ke mancanegara. Karena tujuannya untuk keamanan, dan berjalan dengan baik dan tentu ini membawa nama Bali ke depan, pasti lebih baik lagi. Dan tentunya peran dari etnis pendatang ini sangat kita harapkan dan wajib saling menjaga dan mengontrol."
Saat ini Ngurah Agung mengaku sudah tenang, karena sudah mengadakan sosialisasi. Dan kesiapan teman-teman untuk mensosialisasikan terus menerus pentingnya G20 dan menjaga kondisi yang kondusif, serta semua bersedia mengontrol warganya.
Anggotanya FKPEN terdiri dari sekitar 50 paguyuban. Terutama dari Jawa, dari Jawa Timur saja ada 24 paguyuban etnis. Pertemuan biasanya paling tidak 3 bulan sekali, bila tidak ada hal yang perlu diselesaikan atau disosialisasikan secara cepat.
"Tapi kadang-kadang tidak semua paguyuban bisa hadir. Jadi kita sifatnya santai, kadang-kadang 10 atau 20 paguyuban hadir. Yang penting di FKPEN ini semacam forum silaturahmi, jadi kita buat acara santai. Jadi FKPEN menaungi paguyuban yang ada di Bali, tapi tidak mengikat, karena paguyuban sudah punya peraturan masing-masing."
Disebutkan Ngurah Agung, ada IKMS, Minang Saiyo dari Sumatera Barat, ada Flobamora NTT, Ikemal Maluku, FKPJ, forum paguyuban Jawa Timur, ada IkaB ikatan keluarga Batak, ada Pasundan ada Bamus, kedua-duanya Jawa Barat, dari Ngeksigondo Yogyakarta, ada dari Banyumas juga, termasuk juga etnis Tionghoa INTI dan PSMTI.
Kegiatan yang sering dilakukan FKPEN adalah kegiatan budaya, dan kegiatan sosial. Dari masing masing paguyuban sudah punya agenda sendiri, misalnya saat ada musibah di Gunung Semeru, paguyuban Jawa Timur bergerak mencari bantuan korban gunung meletus, dan paguyuban etnis yang lain juga turut membantu.
Dari Paguyuban INTI banyak melakukan aktivitas sosial seperti vaksin massal, bagi sembako saat pandemi, nah itu juga kita ikut sharing disana.
"Event budaya, seperti ada permintaan dari pemerintah seperti ada pameran keris, sudah biasa dilakukan setiap tahun, nah ini didukung oleh anggota FKPEN karena masing masing dari mereka juga punya sanggar seni, tari-tarian, itu mereka tampilkan di sana, termasuk barang dengan ciri khas dan keunikan dari daerahnya masing-masing, disamping itu ditambah juga penyajian kuliner dari masing-masing daerah.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar