Oleh Dr RE Nainggolan, MM
Ada nyanyian yang sudah menjadi semacam “lagu kebangsaan” bagi orang Batak. Judulnya, “Anakhonhi Do Hamoraon Di Ahu”. Secara sederhana dapat diartikan, “Anak-anakku Itulah Kekayaan Sesungguhnya Bagiku.”
Dr RE Nainggolan, MM |
Lagu tersebut secara lugas sekaligus indah menggambarkan betapa bagi orang Batak, kekayaan yang sebenarnya bukanlah kendaraan, pakaian, berlian, atau perhiasan yang dikenakan, tetapi anak yang bisa bersekolah dan menjadi generasi yang memiliki penghidupan lebih baik daripada orang tuanya.
Tanpa mengecilkan kesungguhan suku mana pun—semua etnis punya kegigihannya masing-masing—tetapi orang Batak memang dikenal secara umum punya semangat luar biasa dan pantang menyerah untuk memberikan pendidikan bagi anaknya.
Rumah boleh gubuk, penghasilan bisa saja pas-pasan atau malah kurang, bahkan lebih ekstrem lagi urusan dapur kadang masih “terancam”, tetapi anak harus bisa sikkola satimbo-timbona, atau bersekolah setinggi-tingginya. Jangankan menjual atau menggadaikan harta, meminjam pun akan mereka lakukan asalkan untuk kebutuhan sekolah anaknya.
Ini pulalah tampaknya yang menjadi mata air inspirasi berdirinya Yayasan Del, dengan fokus utama menyediakan pendidikan dengan standar tertinggi, berkualitas dunia. Yang membuatnya semakin luar biasa, sekolah itu tidak didirikan di kota besar, atau bahkan di daerah sub-urban, tetapi nun jauh di suatu desa di pinggiran Danau Toba, langsung bersisian dengan denyut kehidupan keseharian orang Batak di tanah leluhurnya.
Betapa dahsyatnya, lembaga pendidikan berkelas dunia itu ada di Desa Sitoluama, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.
Itulah Yayasan Del yang digagas, didirikan, dibina, dan dihidupi sosok sejoli Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan dan istri tercinta beliau, Devi Pandjaitan Boru Simatupang.
Dalam sebuah percakapan di grup WhatsApp beberapa waktu lalu, Pak Luhut secara langsung menjelaskan apa yang mendasari mimpi, misi, dan visi besarnya terkait Yayasan Del.
“Institut Teknologi Del saya dirikan 21 tahun lalu untuk menampung anak-anak dari keluarga kurang mampu. Tuhan memberkati. Hari ini mereka sudah sangat maju, meskipun semua itu tentunya masih jauh dari mimpi saya,” tulis beliau.
Lebih jauh beliau ungkapkan mimpi yang lebih besar untuk membangun pusat riset (research center) yang berkualitas tinggi di bidang genomics, atau genomika.
Sebagai informasi, genomics atau genomika adalah cabang biologi yang mempelajari genom dari suatu organisme.
Beliau mengungkapkan keyakinannya bahwa kerja besar itu akan mulai berhasil dalam 5 tahun ke depan. “Anak-anak kampung akan menjadi anak-anak hebat. Mimpi saya mereka akan menghasilkan benih pertanian kelas tinggi. Masa kita harus impor terus? Masa anak-anak kita tidak bisa? Saya yakin pasti bisa asal kita kerja dengan hati, dengan teamwork yang baik,“ tulis beliau.
“Kelelahan dan kerja keras memperjuangkan lembaga pendidikan itu, terobati dan terbayar melihat melihat anak-anak muda itu penuh harapan dan motivasi untuk berkarya bagi NKRI tercinta.” Demikian oleh Pak Luhut Binsar Pandjaitan.
Ingatan kami melintas ke peristiwa 21 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 21 Agustus 2001. Kami yang saat itu mengemban amanah sebagai Bupati Tapanuli Utara, mendapat kehormatan diundang untuk menghadiri peresmian IT Del di Desa Sitoluama. Terus terang saat itu, kami dan mungkin juga para undangan lainnya, menganggap apa yang diresmikan itu adalah “sekolah biasa” sebagai bentuk pengabdian dan kontribusi Pak Luhut dan Ibu Devi sebagai putra Bonapasogit.
Mengapa kami berpikir demikian, karena pada saat itu Pak Luhut sama sekali tidak menggembar-gemborkan tentang sekolah yang diresmikan tersebut. Ternyata saat ini, IT Del telah membuktikan dirinya menjadi lembaga pendidikan juara di Indonesia, bahkan sudah memiliki nama harum secara global. Tidak itu saja, SMA Del yang didirikan kemudian, juga menjadi salah satu sekolah terbaik di tingkat nasional.
Mencetak SDM Berkualitas Global
Sepanjang pengamatan kami, Yayasan Del telah menunjukkan komitmen dan membuktikan kesungguhannya mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas global untuk dapat memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak hanya memberikan dukungan dari segi akademis, unit pendidikan Yayasan Del juga membimbing seluruh peserta didik agar memiliki nilai-nilai budi pekerti yang mulia dan karakter bangsa Indonesia.
Kita bisa melihat dari filosofi Yayasan Del: percaya kepada Tuhan (Mar-Tuhan), berhati nurani yang luhur (Marroha), dan bijaksana (Marbisuk), sebagai upaya nyata dalam mewujudkan komitmennya.
Banyak pihak juga mengakui upaya Yayasan Del membuka peluang bagi generasi muda yang berpotensi mengenyam pendidikan terbaik. Hal itu sejalan dengan program pemerintah dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Seluruh unit pendidikan di Yayasan Del mengusung metode pendidikan berkarakter.
Kita melihat saat ini lembaga pendidikan yang diasuh Yayasan Del telah menjadi oase yang jernih untuk membentuk kualitas individu hingga mencapai titik kemampuan yang optimal. Bisa dikatakan, Yayasan Del menjadi secercah cahaya yang memberi harapan di tengah tantangan peningkatan kualitas pendidikan saat ini.
Selama berdiri, unit pendidikan Yayasan Del telah menuai berbagai pencapaian dan prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik, dari tingkat regional, nasional, hingga internasional.
Harapan kita ke depan akan semakin banyak lembaga pendidikan berkualitas tinggi seperti Yayasan Del, baik di Sumatera Utara maupun di daerah lain di tanah air, sehingga anak-anak Indonesia memiliki banyak pilihan dan kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
Sentuhan Personal
Seperti disebut dalam ungkapan terkenal, “Di sisi seorang pria sukses, ada wanita hebat yang mendampinginya.” Mungkin tidak sepopuler Pak Luhut, tetapi sosok Devi Pandjaitan Boru Simatupang bukanlah orang sembarangan. Beliau adalah putri Bapak Sahala H Simatupang, seorang birokrat yang pernah menjadi pimpinan tertinggi Pos dan Telekomunikasi di era pemerintahan Soekarno, dan kemudian menjadi Sekjen Departemen Perhubungan di era pemerintahan Orde Baru.
Ketekunan, visi, dedikasi, dan tentu saja kesetiaan yang Ibu Devi berikan mendampingi Pak Luhut khususnya dalam mengampu Yayasan Del, telah menorehkan tinta emas. Dua sejoli ini telah bekerja membuat sejarah, dengan legacy yang luar biasa dan tentunya akan semakin berkembang di masa mendatang.
Kita percaya, Pak Luhut didampingi istri tercinta, memiliki tangan dingin bahkan seperti Midas dalam mitologi Yunani: semua yang beliau sentuh bisa menjadi “emas”. Kesemuanya itu tentu saja bisa dicapai karena mereka bekerja dengan tekun, tulus, dan ikhlas, dan sepenuhnya diberkati oleh Tuhan. Semoga.
Posting Komentar