MINAHASA UTARA, suarapembaharuan.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno gerak cepat (gercep) memulihkan ekonomi Minahasa Utara pascapandemi dengan meningkatkan kualitas wisata Desa Budo, Sulawesi Utara.
Foto : Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno di pantai Desa Wisata Budo, Minahasa Utara. |
Desa Wisata Budo masuk 50 besar desa terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang akan mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari mitra strategis Kemenparekraf selama satu tahun ke depan.
"Desa yang berada di Kecamatan Wori berjarak tempuh sekitar 30 menit dari Bandara Sam Ratulangi ini dikenal dengan wisata mangrove-nya serta menjadi gerbang alternatif menuju Taman Laut Bunaken," kata dia dalam keterangannya pada Senin (1/8/2022).
Dari bibir pantai, wisatawan bisa menyaksikan keindahan pemandangan Pulau Manado Tua, Bunaken, dan Siladen serta menyuguhkan pemandangan matahari terbenam yang memukau di sore hari. Selain itu, ada sekitar 30 hektar hutan mangrove dengan vegetasi tumbuhan bakau yang beragam.
Melihat potensi yang dimiliki oleh desa ini, Sandiaga menilai Desa Wisata Budo dapat menjadi bagian dari pengembangan ecotourism di Sulawesi Utara. Harapannya nanti Likupang ini menjadi quality tourism dan Desa Budo ini menjadi sustainable tourism.
”Saya harapkan ini adalah bagian dari ecotourism. Kami sedang mengembangkan secara totalitas ecotourism. Kita juga sudah kembangkan di Bali. Kita juga mau kembangkan di Minahasa Utara. Harapannya, semakin ke depan menjadi bagian kebangkitan kita. Kalau dilihatkan ini sempat viral dan ada 1.400 yang datang. Ini membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakat Desa Budo,” ungkap Sandi.
Bicara potensi alam, desa di pesisir pantai ini menyimpan begitu banyak daya tarik. Wisata hutan mangrove ini masuk nominasi lima terbaik di Sulawesi Utara. Kegiatan menanam mangrove juga mulai diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini. Mereka selalu dilibatkan untuk ikut menanam.
Selain itu keistimewaan hutan mangrove ini sendiri adalah terdapat sembilan macam jenis mangrove. Yakni Mangrove Merah, Api-Api Hitam, Bakau Kurap, Avicennia Lanata (Api-Api), Avecennia Marina (Api-Api Putih), Acrostichum Aureum, Kandelia Candel, Kandelia Obevata, Rizhopora Lamarckii, dan Gunung Dapi-Dapi.
Bicara kekayaan seni dan budaya yang dapat menjadi potensi, salah satunya Tari Masamper. Itu merupakan kesenian tradisional masyarakat Noorder Einlanden dalam bahasa Belanda yang berarti pulau-pulau lebih utara atau populer disebut Nusa Utara, atau Sangihe, Talaut dan Sitaro. Masamper merupakan kegiatan bernyanyi bersama-sama secara berkelompok dan saling berbalas-balasan nyanyian.
Saat ini kawasan wisata Desa Budo dikelola oleh Bumdes Sinar Usaha Budo. Berkat kerja sama yang saling bersinergi dengan masyarakat, desa ini disebut layak menjadi contoh bagi 125 desa lain di Minasaha Utara. Aspek yang perlu ditiru adalah soal semangat kemandirian untuk membangun desanya.
Sandi juga mengapresiasi potensi fesyen Desa Budo, terutama produksi batik Mangrove. Ia sangat mendukung karena mangrove menjadi salah satu daya tarik ke Desa Budo. Dikatakan harus ada yang mereka bisa dibawa pulang, salah satunya batik bermotif mangrove.
"Fesyen sekarang menyumbang angka yang sangat besar, bahkan mendominasi dari segi ekspor. Suatu saat bisa menyumbangkan peningkatan lapangan kerja. Tahun 2022 ini kita akan ciptakan 1,1 juta lapangan kerja baru dan 2024 ciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru. Semuanya dari sektor ekonomi kreatif dan pariwisata. Harapannya fesyen di Desa Budo ini yang ingin dikembangkan yaitu Batik Mangrove bisa menjadi andalan,” pungkas Sandiaga.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar