JAKARTA, suarapembaharuan.com – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang akan berusia 1 abad pada Februari 2023 mendatang akan memberi perhatian khusus terkait Gerakan Perempuan NU sebagai salah satu cara untuk memaknai eksistensi NU satu abad mendatang.
Hal itu sebagaimana amanat yang disampaikan Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, bahwa dalam NU diperlukan terobosan melalui tiga kebangkitan secara simultan, meliputi kebangkitan intelektual, kewirausahaan dan teknokratis.
Untuk hal itu, PBNU menggelar Workshop NU Women sebagai rangkaian peringatan Harlah Satu Abad NU (1443-1444 H), yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, 20-21 Agustus 2022 di Jakarta.
Yenny Wahid selaku Ketua Panitia Pelaksana Peringatan Satu Abad NU, menjelaskan bahwa Workshop NU Women ini bertujuan untuk merumuskan kerangka konsep blueprint Gerakan Perempuan NU Satu Abad, yang akan menjadi acuan dalam melakukan sejumlah kajian tematis, secara mendalam untuk membuat blueprint dan roadmap “Gerakan Perempuan NU Satu Abad Mendatang”.
Blueprint ini akan menjadi buku induk dalam perencanaan program strategis jangka pendek, menengah dan panjang. Kemudian diimplementasikan bagi gerakan perempuan NU secara struktural, maupun kultural dalam mendukung kebijakan PBNU secara berkesinambungan selama satu abad ke depan.
“Hal ini untuk memperkuat gerakan perempuan NU secara masif, terstruktur dan sistemik, NU perlu memiliki blueprint, yang berisi garis besar konsep yang komprehensif dan holistik yang bisa menjadi acuan bersama bagi gerakan perempuan NU satu abad mendatang baik secara struktural maupun kultural,” jelas Yenny Wahid, Sabtu (20/8/2022).
Yenny juga menegaskan bahwa NU Women bukanlah sebuah badan otonom (banom), tapi menjadi sebuah hub atau sekretariat bersama dimana stakeholdernya adalah semua Banom NU.
Adapun tujuan NU Women, pertama, melakukan enhancement dimana pelakunya adalah banom yang dipilih sesuai dengan kesepakatan. Kedua, sebagai ruang perjumpaan dan koordinasi serta berbagi peran dan tugas agar efisien dan tidak terjadi duplikasi. Ketiga, ajang konsolidasi di tatanan global, melalui fasilitasi dan koordinasi baik di struktural banom, maupun kepentingan Nahdlatul Ulama.
Yahya Cholil Tsaquf selaku Ketua Umum PBNU yang memberikan pengarahan, menjelaskan bahwa Workshop NU Women ini sebagai bagian rangkaian peringatan 1 Abad NU. Bagi Yahya, Gerakan Perempuan NU selama ini merupakan inisatif yang sudah dibuat pendahulu yang sejak muktamar pada 1938 telah memberi ruang partisipasi kepada perempuan.
Penting baginya, NU mendorong kesadaran tentang perubahan peradaban, karena sejak awal NU didirikan sebagai inisiatif untuk merintis dan respon NU terhadap perubahan peradaban. NU Women ini diharapkan menciptakan konstruksi wacana yang baru, yang nyata-nyata dibutuhkan oleh masyarakat.
“Sehingga, NU perlu penegasan tentang posisi kita, tidak reaksioner tetapi mengambil inisiatif. Ini mencerminkan, bagaimana para ulama mencari jawaban, sudut pandang, dan perspektif pendekatan,” tegas Yahya.
Workshop NU Women ini dihadiri 60 Perempuan yang merupakan unsur Badan Otonom Perempuan NU seperti Muslimat, Fatayat, IPPNU, Kopri, serta elemen Ulama perempuan NU, Aktifis Perempuan NU dan Perempuan akademisi NU.
Kegiatan ini juga menghadirkan beberapa narasumber antara lain Nyai Alissa Wahid (Ketua PBNU), Nyai Badriyah Fayumi (Ketua KUPI), Prof. Musdah Mulia (ICRP), Nani Zulminarni (Pendiri PEKKA), Kyai Husein Muhammad (Syuriah PBNU), Kamala Chandrakirana (Aktivis Perempuan/Ketua Komnas Perempuan 2004-2009).
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar