JAKARTA, suarapembaharuan.com - Persaingan geopolitik, antar negara, krisis, dan patahan-patahan global semakin dekat dan nyata dengan Indonesia. Konflik tersebut menjadikan laut, samudera, serta maritim sebagai wilayah pertarungannya.
Foto: The 6th Jakarta Geopolitical Forum dengan tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” yang digelar oleh Lemhanas RI di Jakarta, (24/8/2022). Ist |
Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto menyebutkan untuk menjadikan Indonesia sebagai sebagai kekuatan maritim, perencanaan strategis tak cukup sampai 2024, tapi juga sampai tahun 2070.
“Indonesia juga menyadari untuk menjelma menjadi kekuatan maritim, Indonesia membutuhkan langkah panjang, Indonesia juga perencanaan strategis. Tidak cukup perencanaan strategis hanya sampai 2024, tidak cukup perencaan strategis 2045. Kita membutuhkan perencanaan strategis jangka panjang hingga tahun 2070,” katanya pada saat The 6th Jakarta Geopolitical Forum yang mengangkat tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability”, Rabu (24/8/2022).
Lebih lanjut, Gubernur Andi berharap Indonesia bisa menjadi bangsa pemenang. Ia sendiri pun tak suka menyebut Indonesia sebagai negara Indonesia sebagai “middle power”.
“Saya tidak pernah terlalu suka dengan menyebut Indonesia sebagai middle power. Saya lebih senang menyebut Indonesia itu sebagai kekuatan regional. Regional power karena nanti ukurannya bisa disesuaikan, mau kekuatan yang tengah, yang besar, tinggal disesuaikan saja. Regionalnya juga bisa kita sesuaikan, Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Pasifik. Bisa kita sesuaikan dengan sesuai dengan proyeksi ke depan Indonesia,” ujar Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto.
Ramalan Kebangkitan China Terbukti
Guru Besar Universitas Pertahanan, Laksamana TNI (Purn) Prof Marsetio, mengatakan ramalan kebangkitan China sebagai penguasa maritim mulai terbukti, ini berdampak pada pergeseran kekuatan maritim dari yang sebelumnya dikuasai oleh macan-macan Asia. Bahkan secara bertahap pada tahun 2030, setelah China memimpin dunia, selanjutnya disusul yang kedua oleh India, kemudian Amerika Serikat dan Indonesia.
“Kalau kita melihat sebuah situasi geopolitik di kawasan, kita akan melihat bagaimana kebangkitan di negara negara di Asia Pasifik, kebangkitan China. Pada tahun 2030, sekarang sudah secara bertahap bahwa China nanti akan me-lead dunia ini, kemudian yang kedua India, kemudian Amerika Serikat dan Indonesia,” kata Prof Marsetio.
Para pakar di tahun 2010 sudah meramalkan, malah mulai tahun 2000, bahwa tahun 2024 tahun 2025 seluruh dunia akan dikuasai oleh China. Ada beberapa indikasi yang disebutkan oleh mantan Kepala Staf Angkatan Laut tersebut, yaitu armada China yang menguasai dunia dan pergeseran pusat ekonomi.
“Indikasinya sekarang kita lihat secara adanya maritime shift power secara bertahap, kemudian istilah-istilah terminologi tentang maritime strike sebenarnya sudah ada sejak abad 9. Ini dengan buktinya bahwa kekuatan-kekuatan armada China telah menguasai dunia," ungkapnya.
"Sekarang telah terbukti kita akan melihat bagaimana China ingin menguasai dunia kemudian juga bagaimana pergeseran pusat-pusat ekonomi yang sebelumnya dari barat sekarang akan bertumbuh dan menjadi pusatnya adalah di Asia Pasifik,” tambah dia.
Ia melanjutkan, ramalan-ramalan prediksi-prediksi, analisa-analisa para pakar tahun 2030 China sebagai penguasa dunia sudah mulai tampak kelihatan. Dampaknya adalah memanasnya suasana di Laut China Selatan, juga munculnya konsep saingan dari OBOR China oleh US yaitu US Indo Pacom.
“Hegemoni di Laut China Selatan tentunya persaingannya lah sekarang semakin membuat suasana di Laut China Selatan semakin memanas karena dengan keadaan Amerika. Kemudian kita ketahui juga Amerika semasa nggak terima dengan konsep OBOR maka pada tahun 2018 Juni maka telah diluncurkan apa yang dinamakan dengan perubahan dari Pacom menjadi US Indo Pacom," urai Prof Marsetio.
Ini merupakan jawaban 2017 China merubah konsepnya BRI maka tandingannya adalah dengan membentuk US Indo Pacom, penyatuan armada ke-5 dengan armada ke-7 untuk mempertahankan hegemoni Amerika di Laut China Selatan,” lanjut dia.
Menyikapi hal tersebut, Prof Marsetio menyebutkan langkah Indonesia sudah tepat yang menempatkan kekuatan diplomasi dan budaya maritim untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan maritime dunia melalui lima pilar.
“Situasi tersebut tentunya kita akan melihat bagaimana peran Indonesia. Kalau kita melihat peran Indonesia inilah peran Pak Jokowi. Pak Jokowi di era pertama pemerintahan beliau menyampaikan untuk membawa Indonesia menjadi negara maritim besar ada lima pilar," ucap dia.
Kelima hal itu adalah
1) Mulai dari pemahaman tentang budaya maritim
2) kemudian pemahaman tentang memanfaatkan sumber daya maritim
3) kemudian interconnectivity
4) diplomasi maritim
5) adalah pertahanan maritim.
"Ini bagaimana pertahanan maritim akan ditunjukkan kepada dunia kepada ASEAN,” pungkas Prof. Marsetio.
Untuk keenam kalinya, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum pada Rabu dan Kamis, 24 dan 25 Agustus 2022 dengan menghadirkan para ahli geopolitik dari berbagai negara.
Tahun ini, the 6th Jakarta Geopolitical Forum mengangkat tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” secara hibrida. Selain tema besar tersebut, terdapat tiga sub tema pada setiap sesi kegiatan, yaitu:
(1) Maritime defense and security in dynamic uncertainties;
(2) Geomaritime political economy: generating growth, sustaining resource, and gaining power; dan
(3) Advancing maritime technology in geo-strategic context.
Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto membuka acara Jakarta Geopolitical Forum yang bertempat di Grand Studio Metro TV pada Rabu pukul 08.00 WIB.
Ada 11 Narasumber terkemuka yang berasal dari lima negara, antara lain, Amerika Serikat, Rusia, Australia, Singapura, dan Indonesia, diundang menjadi pemateri JGF kali ini.
Forum internasional ini bertujuan untuk menciptakan desain tata kelola hubungan antar aktor geopolitik dalam mencapai keseimbangan kekuatan yang menjadi terbentuknya stabilitas global, khususnya masa depan geopolitik Indonesia dan dunia.
Di sisi lain juga untuk memahami konteks geomaritim kontemporer yang mewarnai isu geopolitik yang sedang berkembang maupun yang akan terjadi ke depan, serta mendalami makna inti masa depan geopolitik yang berbasis pada maritim dan pengaruhnya terhadap stabilitas global.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar