Oleh : Hasan Hasir
Saya memulai memulai rutinitas harian. Seperti biasanya sekitar pukul 07.00, pagi, berangkat menunaikan tugas dengan berkendara motor seorang diri. Perjalanan ke kota tujuan memakan waktu sekitar 1 jam lebih sedikit.
Hasan Hasir |
Sebenarnya waktu yang dibutuhkan bisa lebih singkat. Tapi sudah kebiasaan, saya melajukan kendaran dengan kecepatan antara 30-45. Sesekali saja di kecapatan 50/km, itu pun sangat jarang sekali.
Saking biasanya saya berkendara pelan. Bahkan seorang teman akrab, teman sedari SD, bernama Syaiful, yang sering jalan berboncengan dengan saya, dia selalu memilih posisi sebagai pengemudi daripada duduk di boncengan. Alasannya, tak lain karena capai kelamaan di jalan.
Kendati pun dia pengemudinya, bukan berarti bebas memburu kendaraan. Saya selalu cerewet mengingatkan teman karib ini agar pelankan tarikan gasnya, bila dirasa motor melaju terlalu kencang menurut ukuran saya.
Di angkasa matahari belum sepenuhnya tampak. Langit berselimut mendung. Tepat di Desa Soket Dejeh, Kecamatan Tragah, Bangkalan, yang pagi itu, kondisi aspalnya sedikit berlumur lumpur dan tampak masih basah, seperti sisa dihanyutkan air yang ditinggalkan hujan malam tadinya.
Saya datang dari arah barat, dan ketika roda depan motor yang saya bawa segaris lurus dengan mulut gang yang berada sisi kiri. Mendadak seekor ayam berbulu hitam putih melesat menubruk roda depan motor saya. Motorpun oleng, saya tak bisa mengendalikan laju motor.
Bersamaan itu saya terlempar membentur aspal. Saya mengalami cedera yang berakibat tulang selangka retak. Tidak ada firasat apa pun sebelumnya dengan musibah ini.
Dalam kehidupan manusia. Orang-orang pastilah punya pengalaman yang disebut "masalah." Sebagian besar orang merasa gerah jika suatu masalah datang di tengah kehidupannya. Bahkan, tak sedikit orang mengalami setres karena masalah yang dihadapi.
Tapi, sebagian yang lain--kelompok orang berkemajuan, menganggap masalah, adalah sebuah kesempatan untuk belajar situasi baru, mengevaluasi dan koreksi. Kelompok ini selalu melihat masalah sebagai peluang lebih berkembang dan maju.
Dalam beberapa literatur penelitian, masalah sering kali didefinisikan sebagai sesuatu atau keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan, sehingga membutuhkan alternatif jawaban, artinya jawaban masalah atau pemecahan masalah bisa lebih dari satu.
Selanjutnya dengan kriteria tertentu akan dipilih salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan paling kecil risikonya.
Masalah dalam bahasa inggrisnya diucapkan problem. Masih sehubungan dengan kata problem. Dari informasi yang pernah saya baca dalam bukunya Adi W. Gunawan. Kata problem berasal dari bahasa Yunani pro-blein, yang berarti melangkah maju.
Masalah akan menjadikan orang-orang menjadi lebih berkembang bilamana bersedia memberi kesempatan bagi dirinya untuk membaca setiap kemungkinan, indikasi adanya sesuatu untuk dibenahi ataupun dihindari. Tujuannya meminimalisir kemungkinan timbulnya sesuatu yang luput dari rancangan.
Kemajuan positif sangat mungkin dicapai apabila seseorang tidak menganggap remeh sesuatu yang kelihatannya kecil. Karena kenyataannya seseorang jatuh tersungkur bisa saja disebabkan tersandung barang kecil, misalnya kerikil.
Dalam insiden laka yang saya alami juga bukan karena ditubruk Kingkong, melainkan ulah seekor makhluk mungil, hanya seekor ayam.
Adapun apabila masalah atau musibah sudah terlanjur terjadi atau muncul. Maka untuk menghadapinya atau meringankan beban psikologis akibat hal tersebut, dapat menggunakan metode dari Ad W. Gunawan, dengan rumus "selamat-untung."
Contoh penggunaan 'selamat-untung' pada kasus saya: untung saya ditubruk seekor ayam. Bisa kebayang kalau ditubruk kuntilanak!? Hehehe... dan selamat, saya hanya mengalami cedera ringan dan lekas mendapat pertolongan.
Selamat-untung juga hari ini saya bisa pulih, sehat cepat dan tetap bisa bisa menulis. Bahagia masih bisa menulis dan aktivitas produktif lainnya hingga hari ini.
Posting Komentar