TANAH DATAR, suarapembaharuan.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berharap perlunya diterapkan pariwisata berbasis masyarakat (community base tourism) agar terciptanya desa wisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Foto : Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno meninjau hasil kuliner Pariangan dan wisata alam setempat [ist] |
Ia pun mempersiapkan Desa Wisata Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat untuk menjadi destinasi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan dalam rangka menyambut Visit Sumatera Barat 2023.
"Cara membumikan Nagari Tuo Pariangan adalah pariwisata berbasis masyarakat. Bahwa masyarakatlah yang akan mengelola, membina, membimbing, dan yang akan membawa peluang ekonomi, sehingga terciptalah lapangan kerja. Kami di pemerintah, kabupaten, provinsi, dan pusat memfasilitasi. Dengan begitu sangat membumi dan mengakar," kata dia dalam keterangannya Rabu (13/7/2022).
Desa Wisata Nagari Pariangan merupakan salah satu dari 50 besar desa wisata yang terpilih di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Desa ini terletak di Lereng Gunung Marapi pada ketinggian sekitar 500-700 meter, tepatnya di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar).
Sandiaga meminta agar jajaran Pemerintah Provinsi Sumbar bersama-sama pemerintah pusat untuk mempersiapkan diri sebagai tuan rumah event besar Visit Sumatera Barat 2023.
"Kita merangkaikan beberapa kegiatan kita di sini dalam rangka mendukung Visit Sumatera Barat 2023. Dan salah satu even besarnya adalah muktamar ulama sedunia dan juga World Islamic Economic Trade Forum 2023 dengan topik pariwisata halal," jelas dia.
Maka perlu dipersiapkan termasuk destinasi-destinasi berkualitas dan berkelanjutan. Salah satunya bersama Astra yang ingin dikembangkan nagari-nagari, desa-desa wisata di Kabupaten/kota di Sumatera Barat.
"Ini disebut sebagai desa terindah di dunia karena dinobatkan sebagai salah satu desa terindah dalam artikel World Sixteen Most Futures Village," terang Sandi.
Sementara itu, untuk menjaga keberlanjutan desa wisata, Kemenparekraf dan dewan juri menguji pengelola desa wisata, salah satunya kelembagaan dengan menggandeng Astra agar berkelanjutan dan berkualitas, sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat.
"Karena ujungnya itu adalah lapangan pekerjaan, peluang usaha, kesejahteraan masyarakat. Dan kita ingin mengukur pariwisata itu berdampak ekonomi masyarakat semakin meningkat,” beber Sandi.
Bicara soal potensi wisata, Desa Pariangan telah mendunia. Desa Nagari Pariangan terletak di Lereng Gunung Marapi, tepatnya di Kecamatan Pariangan. Lokasinya sekitar 95 kilometer dari utara Kota Padang, dan 35 kilometer dari Kota Bukittinggi. Nagari Pariangan juga berada di antara Kota Batusangkar dan Padang Panjang. Nagari Pariangan memiliki luas 17,97 kilometer persegi.
Berada di wilayah pegunungan membuat panorama alam di Nagari Pariangan begitu luar biasa. Media pariwisata dari New York, Amerika, Travel Budget pada 2012 menjadikan Nagari Pariangan sebagai desa terindah di dunia bersama desa lainnya di dunia, salah satunya seperti Niagara on The Lake di Kanada.
Beberapa paket wisata alam dan buatan yang ditawarkan di Pariangan di antaranya rice fields walk, trekking air terjun, dan berkemah di Puncak Aro. Sedangkan seni dan budaya, Pariangan memiliki alat musik Talempong Pacik.
Pacik dalam bahasa Indonesia berarti pegang. Jadi Talempong pacik adalah alat musik yang dibunyikan dengan cara dipegang dan dipukul. Talempong pacik dimainkan dengan cara dijinjing dengan tangan kiri dan dipukul dengan stik menggunakan tangan kanan.
Lalu ada Tari Piring adalah tarian tradisional Minangkabau yang menampilkan atraksi menggunakan piring. Para penari mengayunkan piring di tangan mengikuti gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan. Gerakannya diambil dari langkah dalam silat Minangkabau atau silek.
Sementara soal kuliner, wisatawan dapat mencicipi Dakak Dakak dan Kopi Kawa Daun. Sedangkan oleh-olehnya bisa membawa Batik Ampas Kopi, alat musik saluang dan bansi serta kerajinan rajutan. Soal penginapan, wisatawan dapat bermalam di homestay.
Ada tujuh bangunan yang meliputi tiga bangunan berupa bangunan Rumah Gadang dan empat bangunan beton. Itu semua telah lengkap dengan fasilitas pendukung lainnya yang dibutuhkan wisatawan untuk bermalam.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar