MEDAN, suarapembaharuan.com - Majelis Komisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menjatuhkan sanksi maksimal bagi PT Sinar Ternak Sejahtera, yakni berupa denda sebesar Rp10.000.000.000 serta pencabutan izin usaha apabila tidak melakukan perintah perbaikan dalam perjanjian kerja sama kemitraannya.
Ist |
Pasalnya, perusahaan yang merupakan bagian dari kelompok usaha PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk, tersebut terbukti melanggar Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dalam pelaksanaan kemitraan dengan 117 plasmanya.
Keputusan tersebut dibacakan KPPU dalam Sidang Majelis Pembacaan Putusan Perkara Nomor 09/KPPU-K/2020 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Kemitraan Pola Inti Plasma di Sektor Peternakan Ayam terkait Pengembangan dan Modernisasi Kandang oleh PT Sinar Ternak Sejahtera yang dilaksanakan hari ini di Kantor Pusat KPPU Jakarta.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama, Deswin Nur, dalam siaran pers KPPU, Sabtu (30/7/2022), mengatakan, putusan perkara No.09/KPPU-K/2020 diketuai majelis komisi Dinni Melanie dengan masing-masing anggota Guntur Syahputra Saragih, dan Harry Agustanto.
Dijelaskan Deswin, perkara ini bermula dari hasil penelitian yang dilakukan KPPU atas pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh PT Sinar Ternak Sejahtera (terlapor) melalui perjanjian kerja samanya dengan plasma. Di mana dalamnya mengatur tentang program pembangunan dan modernisasi kandang.
"Terlapor adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang kemitraan peternakan ayam. Terlapor tidak memproduksi sendiri sapronak berupa DOC (day old chicken), pakan dan obat-obatan, tetapi membelinya dari perusahaan yang terafiliasi atau kelompok usahanya," katanya.
Terlapor, lanjut Deswin, sebagian besar dimiliki oleh PT Prospek Karyatama yang memiliki hubungan kepemilikan dengan PT Sarana Farmindo Utama yang notabene merupakan anak usaha PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. Terlapor sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan ayam merupakan perusahaan inti dalam suatu hubungan kemitraan inti plasma.
Dalam pelaksanaan, hubungan kemitraan yang dilakukan oleh Terlapor sebagai inti dan 117 (seratus tujuh belas) plasmanya tidak berjalan berdasarkan prinsip-prinsip kemitraan yang saling menguntungkan, saling mempercayai, saling memperkuat dan saling mendukung.
"Dalam proses pengawasan, KPPU memberikan kesempatan perbaikan melalui tiga peringatan tertulis kepada terlapor. KPPU juga telah memberikan waktu yang cukup kepada Terlapor untuk melaksanakan perintah perbaikan pada tahap peringatan tertulis I, II, III, termasuk penambahan jangka waktu peringatan tertulis III selama 30 hari. Namun sampai dengan berakhirnya penambahan jangka waktu terlapor belum melaksanakan sebagian perintah perbaikan KPPU, sehingga perkara dilanjutkan ke tahap pemeriksaan lanjutan kemitraan oleh majelis komisi," ungkapnya.
Dari hasil persidangan majelis komisi disimpulkan bahwa terlapor tidak melaksanakan berbagai perintah perbaikan, antara lain terkait pemisahan perjanjian pembiayaan/hutang dana modernisasi kandang dan perjanjian kerja sama kemitraan; pengaturan harga jual beli tanah dan kandang plasma; pengaturan kesepakatan harga sewa menyewa tanah dan kandang plasma; pengaturan jangka waktu dan pelunasan hutang dana modernisasi kandang sebelum jatuh tempo yang harus dipisahkan dari perjanjian kerja sama kemitraan; dan perbaikan lainnya.
Kategori : News
Editor : AAS
Posting Komentar