BALI, suarapembaharuan.com - PT Pos Indonesia (Persero) tak hanya menyalurkan dana bansos Kartu Sembako dari Kementerian Sosial (Kemensos), namun juga bertugas melakukan geotagging sebagai bentuk verifikasi terhadap keluarga penerima manfaat (KPM).
Foto: Petugas PT Pos indonesia. (Ist) |
Apa itu geotagging? Geotagging berarti “penanda tempat.” Geotagging berfungsi untuk menandai lokasi di mana foto tersebut diambil. Dengan geotagging akan memudahkan pelacakan dan menemukan informasi mengenai keberadaan lokasi suatu bangunan.
Dalam fungsinya terhadap proses pembayaran dana bansos, geotagging membantu Kemensos melakukan verifikasi data KPM.
“Selain menyalurkan dana bansos, ada tambahan pekerjaan yang diminta Kemensos, yaitu harus melakukan geotagging rumah penerima, memotret rumah penerima. Hal ini sangat bermanfaat bagi Kemensos karena menjadi verifikasi penerima dalam bentuk keadaan perekonomian penerima, situasi, dan posisi penerima," kata Direktur Bisnis Jaringan dan Layanan Keuangan PT Pos Indonesia Charles Sitorus.
Sebagai ujung tombak sukses penyaluran dana bansos, petugas juru bayar Pos berdedikasi tinggi menunaikan tugas. Mereka menjalankan kewajiban menyalurkan dana dan melakukan geotagging, meski kerap menemui kendala dalam perjalanan menuju rumah KPM.
Beberapa kendala yang dialami petugas juru bayar Pos, yaitu kondisi jalan rusak, berlokasi di pedalaman, pegunungan maupun pesisir pantai. Ada juga yang ketika didatangi ternyata penerima sedang tidak berada di tempat atau telah pindah rumah.
Salah satu petugas juru bayar Pos yang bertugas di Kantor Pos Kuta, Bali, membagikan kisahnya dalam melakukan pembayaran dana bansos dan geotagging. Dia adalah I Made Suatir.
“Saya bertugas melakukan _geotagging_* rumah KPM di Kecamatan Kuta. Per 25 Maret 2022, sebanyak 53 rumah KPM sudah dilakukan _geotagging_,” kata Made.
Capaian Made tersebut tergolong sangat baik. Apa strategi yang dilakukan Made sehingga bisa melakukan _geotagging_ dengan cepat?
“Kuncinya itu adalah data yang diterima alamatnya lengkap, hanya dua rumah yang alamatnya kurang jelas. Kemudian, berkoordinasi dengan kepala lingkungan dan ketua RT untuk mencari alamat rumah KPM,” ucapnya.
Saat melaksanakan tugas, Made acap kali bertemu dengan KPM yang kondisi rumahnya jauh dari layak. Mereka tentu saja sangat senang menerima bansos. Satu di antaranya ialah Ni Wayan Simpreg. Janda berusia lanjut ini hidup seorang diri karena tiga anak perempuannya telah menikah dan pindah rumah mengikuti suami.
Yang makin menyedihkan, Ni Wayan dalam kondisi sakit-sakitan sehingga kesulitan datang ke Kantor Pos untuk mengambil dana bansos. Beruntung, petugas juru bayar Pos datang mengantarkan dana langsung ke rumahnya.
Ni Wayan menyambut kedatangan petugas juru bayar Pos dengan penuh suka cita. Rasa haru tampak di wajah rentanya.
“Saya senang sekali bisa menerima bansos 600 ribu. Uangnya saya pakai untuk bayar listrik, beli lauk pauk, beras, dan beli obat. Kalau tidak minum obat, saya tidak bisa berjalan,” tutur Ni Wayan.
Menerima uang bansos, Ni Wayan bisa merasakan makan dengan layak. Sebab, sehari-hari dia hanya menyantap nasi dengan cabai dan garam.
”Terima kasih kepada Pak Jokowi, Kementerian Sosial, dan Pos Indonesia. Dengan bantuan ini saya bisa beli makanan dan obat,” katanya.
Kategori : News
Editor : AHS
Posting Komentar