Penulis : Wiku Sapta
Polda Sumut dapat penghargaan. Saya senang sekali. Bangga sebangga-bangganya. Karena sebagai rakyat Sumut, ternyata polisi di daerah kami tidak diam. Tak malas bekerja.
Terutama dalam menangani kasus yang merugikan uang negara. Uang yang berasal dari memajak rakyat. Memerah keringat rakyat.
Abaikan dulu soal kelakuan oknum nakal yang belakangan menghiasi bingkai viral media sosial. Itu biasa. Kali ini, saya tak mau membahasnya.
Apresiasi!
Ya saya mau nimbrung (bukan latah ya) difase tingginya gelombang puja puji rakyat terhadap penghargaan yang diberikan KPK kepada Polda Sumut.
Semalam, adalah puncak gelombang apresiasi itu, pasca diterima orang nomor 2 di Polda, BJP Dadang Hartanto, pekan lalu. Bertepatan di Hari Anti Korupsi.
Betul-betul membludak apresiasinya. Bikin ramai jagad media online. Minimal mengatasnamakan rakyat yang meluapkan pujian itu. Karena berasal dari cakap para pentolan beragam komunitas, beraneka organisasi dan nano nano paguyuban.
Ini membuktikan rakyat di Sumut tahu berterimakasih. Pintar mengapresiasi. Tak melulu mencaci, mengkritisi dan mengoreksi, bahkan memuralisasi (meminjam kamus vickynisasi) ketika polisi minim prestasi.
Apresiasilah! Jikalau uang negara yang berhasil diselamatkan itu mencapai 20 miliar lebih.
Apresiasilah! Jikalau pelaku rasuah penjualan vaksin, pembangunan gedung kuliah UINSU, retribusi di Pasar Lau Cih, PBB perkebunan di Labura dan Labusel, dijebloskan ke sel.
Apresiasilah! Jikalau dari 37 tersangka, 22 orang di-P21 status hukumnya.
Apresiasilah! Jikalau prestasi ini nanti akan memotivasi polisi lebih giat lagi membidik kasus korupsi.
Memberantas para tikus rakus yang doyan menggerogoti uang rakyatnya. Karena bukan mudah membongkar kerja korupsi. Meski bertahun diselidiki, baru tahun ini berbuah prestasi. Dan, diapresiasi.
"Harapannya, masyarakat terus membantu polisi memerangi korupsi. Karena ini merupakan kriminal extraordinary." IJP Panca Putra Simanjuntak.
Semoga bukan prestasi Abrakadabra ... Muncul lah akurasi ... Abrakadabra yang presisi ... Saling berkicau dan bersahutan. Sedaaap nian baaahh ...
***
Ini bukan lagi soal apresiasi tadi. Tak ada kaitan sama sekali. Tapi lebih kepada geli. Melihat gaya Pak Edy Rachmayadi, yang bicara asal jadi. Terkait aspal di rumah dinasnya sendiri.
Bayangin, untuk aspal itu saja Gubsu Edy mematok pagu Rp2 miliar lebih.
"Bila perlu, nanti mau saya bikin Rp10 miliar. Ini adalah rumah dinas, istananya Sumatera Utara," ucap Edy di rumah dinas Gubsu (detik.com Senin, 13/12/2021).
Edy ternyata belum puas lagi. Bujet Rp10 miliar itu mau 'diledakkan' menjadi 50 kali. "Bila perlu, aspal 100 miliar kubeli."
Biaya proyek aspal itu dibebankan dalam APBD 2021. Disitus LPSE Sumut, diberi kode tender 21066027 dengan status tender sudah selesai.
Tendernya ditetapkan di satuan Biro Umum dan Perlengkapan Pemprov Sumut, pada 9 November lalu.
Nilai tendernya 2 sekian em. Sedang nilai HPSnya 1,9 miliar. Pemenang tender adalah CV Garuda Nusantara Perkasa. Harga terkoreksi berada pada 1,7 miliar lebih.
Lantas apa urgensinya aspal di halaman rudin Pak Edy sampai harus menghabiskan 2 miliar, 10 miliar hingga 100 miliar lebih?
Entahlah, mungkin beliau sedang berbasa basi. Tak butuh apresiasi dan puja puji. Atau mungkin sudah menjadi hobi. Bicara asal jadi, agar tercipta geli. Hati-hati!
Posting Komentar