JAKARTA, suarapembaharuan.com - Otak di balik perencanaan bom bunuh diri oleh Lukman (26) di depan Gereja Katedral, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), masih didalami aparat kepolisian. Mastermind aksi terorisme ini diduga dipimpin wanita.
Istimewa |
Berdasarkan informasi yang diterima SP dari petugas antiteror, ledakan bom bunuh diri yang dilakukan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini, juga pernah dilakukan saat menyerang Markas Polrestabes Medan, Sumatera Utara, 13 November 2019 lalu.
Dalam kasus ini, operasi pergerakan kelompok aliran keras ini juga tidak jauh berbeda. Jadwal operasi untuk aksi menebar teror dilakukan pada pagi hari, dan mastermid kelompok ini saat menebar teror, juga ditengarai dipimpin oleh kelompok wanita.
Peristiwa ledakan bom bunuh diri di Medan, tidak jauh berbeda dengan bomber depan Gereja Katedral, Minggu (28/3/2021) kemarin. Ledakan bom di Markas Polrestabes Medan oleh Rabbial Muslim Nasution.
Orang bersangkutan disebutkan keluarga maupun rekan - rekannya, mengalami banyak perubahan sifat setelah memperistrikan Dewi Anggraini. Wanita muda ini disebutkan merencanakan pengeboman di Bali setelah menebar teror di Kota Medan.
"Rencana serangan kedua ini akhirnya dapat digagalkan Densus 88 Antiteror setelah menangkap puluhan terduga teroris, termasuk Dewi Anggraini, istri Rabbial Muslim Nasution. Kasus ini memiliki kemiripan dengan bomber depan Gereja Katedral," kata sumber itu.
Kode Wanita
Kembali pada serangan bom bunuh diri di Kota Makassar kemarin, ada dua orang wanita yang dicurigai memberikan kode sebelum Lukman bersama istrinya, YSM, dari kejauhan. Tidak lama setelah adanya kode itu, Lukman bersama istri menerobos masuk.
Istimewa |
Aksi pasutri yang mengendarai sepedamotor ini tidak berjalan mulus. Pasalnya, Kosmas petugas keamanan gereja, langsung mengadang. Pria berusia 52 tahun ini mengadang pasutri ini karena sudah melihat gelagat curiga terhadap Lukman dan YSM.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan, Densus 88 bekerjasama dengan Polda Sulsel masih bekerja dalam mengidentifikasi saksi - saksi sebelum dan saat terjadinya ledakan bom bunuh diri di Kota Makassar tersebut.
"Tentunya dua orang wanita yang disebutkan berada di seberang Gereja Katedral, seperti memberikan kode terhadap pelaku bom bunuh diri tersebut, juga masih dicari. Memang ada terlihat dalam rekaman Closed-Circuit Television (CCTV)," ungkap Argo.
Argo menyebutkan, Polri masih melakukan analisis terkait rekaman - rekaman CCTV sebelum dan saat terjadinya ledakan bom. Berdasarkan rekaman itu, Polri akan mengambil keterangan saksi - saksi, termasuk dua wanita yang dicurigai tersebut.
Istimewa |
"Untuk mengungkap keterlibatan dua wanita ini tentunya Polri mempunyai metode pemeriksaan. Baik itu menggunakan metode verbal maupun cara khusus lain, Polri dapat mengungkap keterkaitan kedua wanita itu jika memang terlibat," jelas Argo.
Peranan wanita di balik aksi teror bom bukan hal baru. Jauh hari sebelum terjadinya serangan bom bunuh diri, persisnya di bulan Maret 2019 lalu, Densus 88 juga menyergap kelompok terduga teroris di Kota Sibolga, Sumut. Abu Hamzah berhasil ditangkap.
Sementara itu, istri Abu Hamzah yang dikenal akrab dengan panggilan Mak Abu, tidak bersedia untuk menyerahkan diri. Mak Abu memberikan perlawanan, bahkan rela meledakkan diri di dalam rumahnya, hanya karena tak ingin ditangkap polisi.
Suara ledakan bom bunuh diri itu terdengar menggelegar. Bahkan, akibat dari ledakan itu mengakibatkan ratusan unit rumah, karena lokasinya dekat dengan kediaman Abu Hamzah, mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, petugas juga menemukan bunker bahan peledak dari lokasi itu.
Peran Pasutri
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan pasutri bomber di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Menurut Kapolri, pasutri L dan YSM dikenal sebagai kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kajian Villa Mutiara.
Istimewa |
Hingga saat ini, Densus 88 Antiteror Polri telah menangkap 5 terduga teroris kelompok JAD Kajian Villa Mutiara, pascakejadian bom Gereja Katedral Makassar.
“Masing-masing perannya bersama dengan L dan YSM, mereka ada dalam satu kelompok Kajian Villa Mutiara namanya,” ucap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Mapolda Sulsel, Senin (29/3/2021).
Kapolri menuturkan kelompok JAD Kajian Villa Mutiara ini memberikan doktrin jihad. Tak hanya itu, merekapun mempersiapkan rencana jihad. “Di mana masing-masing memiliki peran untuk memberi doktrin dan mempersiapkan rencana untuk jihad,” jelas Kapolri.
Kapolri menambahkan, kelompok JAD Kajian Villa Mutiara juga membeli bahan-bahan peledak untuk aksi bom bunuh diri. “Dan juga berperan membeli bahan yang akan digunakan sebagai alat untuk melakukan bom bunuh diri,” sambung dia.
Bom bunuh diri terjadi di depan gereja Katedral, Makassar pada Minggu (28/3/2021) pagi. Pasutri pelaku bom bunuh diri L dan YSM tewas di lokasi kejadian. Sementara 20 warga sipil mengalami luka-luka.
Posting Komentar