BELAWAN - Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, yang juga selaku koordinator upaya peningkatan ekspor pertanian mengajak petani di Desa Leci, Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara (Sumut), untuk membudidayakan porang dengan sistem wanatani atau agroforestri.
Penanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) dengan sistem wanatani atau memanfaatkan lahan kosong pada kebun hutan secara maksimal agar memberikan manfaat kelestarian lingkungan dan produksi kebutuhan pangan ini baru pertama kalinya dilakukan di Medan.
“Saya senang dapat mengajak petani untuk menanam porang di hutan kayu mahoni. Semoga bisa memberi manfaat, terlebih porang kini menjadi salah satu komoditas yang laris di pasar ekspor,” kata Jamil melalui keterangan tertulisnya, Rabu (10/2/2021).
Jamil menyebutkan, bahwa sejalan dengan tugas yang diberikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam mengawal Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian, Gratieks pihaknya terus melakukan sinergistas dengan berbagai pihak, termasuk dengan kelompok tani di Desa Leci.
Selain itu, menurut Jamil, penanaman dengan sistem wanatani juga menyesuaikan habitat awal komoditas porang yang tumbuh di hutan. Dan kini dengan kandungan berupa glukomanan yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar obat dan kosmetika di luar negeri membuat porang makin dicari.
Penanaman perdana kali ini juga turut dihadiri oleh Andi Yusmanto, Kepala Karantina Pertanian Belawan, Hasrul, Kepala Karantina Pertanian Tanjung Priok, Dahler Lubis, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara beserta tim Desa Gratieks Karantina Pertanian Belawan.
Felix pemilik lahan kebun hutan mengapresiasi ajakan untuk menanam porang. “Awalnya saya adalah eksportir binaan Karantina Pertanian Belawan dan kemudian mendapat informasi terkait porang yang laris di pasar ekspor. Olehkarenanya saya menyambut baik ajakan ini, terlebih dengan sistem wanatani. Tahap awal 2 hektar dan akan terus berlanjut pada tahap berikutnya, semoga bisa member manfaat nyata bagi warga desa,” tuturnya.
Jamil pada kesempatan yang sama juga memberikan bimbingan teknis terkait cara budidaya porang yang benar, guna menghasilkan umbi dan bulbil/katak porang. Dan menyampaikan bahwa budidaya pembibitan porang kedepannya akan dilakukan dengan kultur jaringan, ini sebagai bukti serius pemerintah terhadap budidaya porang.
Andi Yusmanto menyampaikan informasi dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Karantina Pertanian Belawan bahwa kinerja ekspor porang asal Sumut selama tahun 2020 sebesar 1.832 ton dengan nilai Rp 15,5 miliar. Harapannya dengan inisiasi penanaman porang dengan sistem wanatani dapat menambah produktivitasnya sekaligus meningkatkan kinerja ekspornya, baik jumlah tonase maupun jumlah negara tujuan.
"Data ini menunjukkan bahwa porang dapat menjadi ‘iconic ekspor” baru sekaligus dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi petani, khususnya di Sumut," tutup Andi.
Posting Komentar